Beranda / Berita / Dunia / Proyek Kereta Api Malaysia akan Dilanjutkan Setelah China Menyetujui Pemotongan Biaya

Proyek Kereta Api Malaysia akan Dilanjutkan Setelah China Menyetujui Pemotongan Biaya

Sabtu, 13 April 2019 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Pekerjaan East Coast Rail Link tertunda menunggu hasil negosiasi Malaysia-Cina. (Foto: AP Photo)



DIALEKSIS.COM | Kuala Lumpur - Malaysia akan melanjutkan pekerjaan pada East Coast Rail Link (ECRL) multi-miliar dolar setelah berbulan-bulan negosiasi dengan China Communications Construction Company (CCCC) dan pemerintah Cina menurunkan biayanya hingga sepertiganya.

Biaya dua fase pertama dari jalur tersebut dikurangi dari 65,5 miliar ringgit Malaysia ($ 15,9 miliar) menjadi 44 miliar ($ 10,6 miliar), kata Kantor Perdana Menteri dalam sebuah pernyataan.

Malaysia mengatakan pihaknya menyambut baik penandatanganan perjanjian tambahan antara Malaysia Rail Link dan CCCC, kontraktor utama, yang akan membuka jalan untuk pembangunan kembali kereta api sepanjang 688km itu.

"Pengurangan ini pasti akan menguntungkan Malaysia, dan meringankan beban pada posisi keuangan negara itu," tambahnya. Rincian lebih lanjut dijadwalkan akan diumumkan pada hari Senin.

Kereta listrik ini dirancang untuk menghubungkan ibukota Malaysia dengan kota-kota di timur dan timur laut semenanjung itu, dan didukung oleh pinjaman dari China, disebut-sebut sebagai "pengubah permainan" ekonomi oleh mantan Perdana Menteri Najib Razak.

Para kritikus mengatakan itu menguntungkan Cina lebih dari Malaysia. Cina sedang membangun pelabuhan laut dalam di pantai timur Malaysia dan jalur kereta api adalah penghubung utama dalam Inisiatif Sabuk dan Jalannya.

Najib digulingkan dalam pemilihan umum hampir setahun yang lalu di tengah kemarahan publik atas tuduhan melakukan kesalahan di dana negara, 1MDB.

Proyek ECRL dihentikan oleh administrasi baru tidak lama setelah itu karena terlalu mahal. Perdana Menteri Mahathir Mohamad mengatakan dia khawatir biaya pembangunan akan membuat negara itu berhutang budi selama satu generasi. (Al Jazeera)


Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda