Beranda / Berita / Dunia / Presiden Turki dan Rusia Bahas Zona Keamanan di Suriah

Presiden Turki dan Rusia Bahas Zona Keamanan di Suriah

Kamis, 24 Januari 2019 11:11 WIB

Font: Ukuran: - +

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersama Presiden Rusia Vladimir Putin. (Foto: Kremlin Pool Photo via AP)

DIALEKSIS.COM | Moskow - Para pemimpin Turki dan Rusia mengadakan pembicaraan pada hari Rabu (23/1) dengan latar belakang rencana penarikan pasukan AS dari Suriah, zona keamanan yang diusulkan di utara dan situasi keamanan di kubu yang dikuasai pemberontak.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berada di Moskow untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin untuk membahas situasi kompleks di Suriah, ketika konflik hampir delapan tahun berakhir dan berbagai pemain - termasuk berbagai kelompok bersenjata - berupaya untuk mendapatkan kendali atas wilayah.

Turki mencari zona penyangga sepanjang 30 km di sepanjang perbatasannya dengan Suriah untuk menampung milisi Kurdi sekutu AS yang dianggapnya sebagai kelompok teroris.

Sinan Ulgen, seorang analis politik dan mantan diplomat Turki, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pertemuan Putin-Erdogan adalah kunci bagi kedua negara untuk menggambar peta jalan kerja sama di Suriah yang dilanda perang menyusul penarikan yang direncanakan sekitar 2.000 pasukan Amerika.

"Mengenai zona keamanan, Turki tidak akan mengambil risiko militer menciptakannya tanpa restu dari Rusia, bahkan jika AS sepenuhnya setuju untuk itu," kata Ulgen.

"Pernyataan resmi yang datang dari Rusia dan Turki menunjukkan perbedaan yang jelas dalam posisi kedua negara atas masalah ini, dan pertemuan ini akan membuat kita mengerti jika kedua aktor akan mencapai pemahaman awal untuk menyelesaikan ini."

Erdogan mengatakan pekan lalu setelah percakapan telepon dengan Presiden AS Donald Trump bahwa mereka telah sepakat bahwa Ankara akan menetapkan zona keamanan 32 km di sepanjang perbatasan Turki-Suriah. Aspek teknis zona masih dibahas.

Seiring dengan zona penyangga, diskusi juga akan fokus pada nasib pejuang Kurdi yang didukung Washington, yang telah bergabung dengan perang melawan Negara Islam Irak dan kelompok Levant (ISIL, juga dikenal sebagai ISIS), dan kontrol wilayah yang lebih luas di Suriah utara setelah penarikan AS. (Al Jazeera)


Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda