kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / Prediksi Bill Gates, Pandemi Covid-19 Tahun Ini Lebih Terkendali

Prediksi Bill Gates, Pandemi Covid-19 Tahun Ini Lebih Terkendali

Minggu, 03 Januari 2021 22:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Bill Gates. [Dok. Twitter]


DIALEKSIS.COM - Pendiri Microsoft Bill Gates memprediksi pandemi Covid-19 akan lebih terkendali dan kehidupan mulai kembali normal tahun ini. Hal itu dampak keberadaan vaksin yang dikembangkan oleh sejumlah perusahaan.

"Meskipun masih perlu ada beberapa pembatasan, misalnya pada pertemuan publik besar, jumlah kasus dan kematian akan mulai turun banyak, setidaknya di negara-negara kaya, dan kehidupan akan jauh lebih dekat dengan normal daripada sekarang," ujar Gates dalam blog pribadinya, dikutip Minggu (3/1/2021).

Gates mengatakan pengembangan vaksin Covid-19 terbilang sangat cepat. Dalam keadaan normal, menurutnya membuat vaksin bisa memakan waktu sampai 10 tahun. Kali ini, beberapa vaksin Covid-19 dibuat dalam waktu kurang dari satu tahun.

Gates memprediksi vaksin Covid-19 kemungkinan akan mulai memiliki dampak secara global pada musim semi 2021. Di tengah kondisi itu, penggunaan masker, pembatasan sosial, dan intervensi khusus tetap menjadi prioritas.

Lebih lanjut, Gates membeberkan sudah ada dua vaksin yang telah menerima persetujuan penggunaan darurat dari otoritas kesehatan Amerika Serikat, yakni vaksin buatan Moderna dan Pfizer-BioNTech. Kedua vaksin itu juga diketahui diizinkan digunakan di Inggris dan sejumlah negara.

"Keberhasilan dua vaksin pertama juga menjadi pertanda baik bagi banyak kandidat lainnya," ujarnya.

Dalam blog pribadinya, Gates juga mengungkit 10 miliar dosis vaksin secara global. Jumlah itu merupakan asumsi bahwa 70 persen populasi global harus divaksinasi untuk memutus penularan penyakit.

Menurutnya, 10 miliar dosis vaksin merupakan tantangan, tapi bukan sesuatu yang mustahil. Dia berkata perusahaan vaksin di dunia biasanya menghasilkan total kurang dari 6 miliar dosis setahun, termasuk vaksin lain di dalamnya.

Sehingga, untuk menghasilkan semua vaksin Covid-19 yang diperlukan tanpa mengurangi yang lain, kapasitas manufaktur setidaknya perlu hampir dua kali lipat dan mungkin hampir tiga kali lipat.

Untuk meringankan beban manufaktur, Gates menyampaikan yayasannya membantu menyusun apa yang disebut 'perjanjian sumber kedua' agar negara berkembang juga bisa mendapatkan vaksin. Inti dari perjanjian itu adalah negara tidak mengalami kerugian jika sebuah vaksin tidak disetujui untuk menjalin kerjasama.

"Sulit untuk melebih-lebihkan betapa tidak biasa perjanjian sumber kedua ini," ujar Gates.

Di sisi lain, Gates menegaskan belum ada perusahaan bioteknologi atau farmasi yang memiliki sesuatu yang bisa menjadi solusi untuk pandemi. Namun, dia mengingatkan sudah ada banyak cara untuk menanggulangi pandemi.

Misalnya, obat dexamethasone mampu mengurangi kematian sebesar 30 persen dalam kasus yang parah. Dexamethasone telah menjadi standar perawatan dalam kasus-kasus yang dan pertanda baik untuk masa depan.

Selain itu, Gates berkata semua pihak perlu berinvestasi dalam tes yang lebih baik dan sistem yang lebih efisien sehingga orang dapat bertindak cepat untuk melindungi orang yang mereka cintai dan komunitasnya dari Covid-19.

Dalam kesempatan yang sama, Gates juga bicara tentang kekhawatirannya terhadap negara berpenghasilan rendah. Dia mengaku masih bingung kenapa negara miskin seperti di Afrika memiliki tingkat kasus dan tingkat kematian?? jauh lebih rendah daripada di AS atau Eropa dan setara dengan Selandia Baru. 

Sejauh ini, dia hanya menduga karena anak muda di Afrika sangat tinggi. Anak muda diketahui tidak begitu rentan dengan Covid-19. Alasan lain bisa jadi karena masyarakat di sana menghabiskan banyak waktu di luar, di mana lebih sulit untuk menyebarkan virus.

"Hal ini juga dimungkinkan, meskipun saya berharap ini tidak terjadi, bahwa angka sebenarnya lebih tinggi daripada yang mereka lihat karena kesenjangan dalam sistem perawatan kesehatan negara-negara miskin membuatnya sulit untuk memantau penyakit secara akurat," ujar Gates.

Alasan lain adalah bahwa pasien di Afrika enggan pergi ke klinik karena takut dinyatakan terinfeksi. Itu berarti kondisi yang lebih parah tidak terdiagnosis. (CNN Indonesia)

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda