kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / Popularitas Facebook Terus Merosot, Peneliti: Jangan Sampai Ditutup

Popularitas Facebook Terus Merosot, Peneliti: Jangan Sampai Ditutup

Jum`at, 14 Agustus 2020 10:45 WIB

Font: Ukuran: - +

[Foto: AP Photo / Richard Drew]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Sebuah survei mengungkap kekecewaan masyarakat Amerika yang semakin meningkat terhadap Facebook. Mereka semakin tidak senang dengan platform media sosial itu dan juga terhadap personal pendiri dan CEO Facebook Mark Zuckerberg.

Survei dilakukan Accountable Tech/GQR Research pada 15-19 Juli 2020. Hasilnya, 47 persen responden melihat Facebook tidak menyenangkan berbanding 43 persen yang masih suka. Mereka yang tidak suka dengan pendiri dan CEO Mark Zuckerberg bahkan lebih tinggi, yakni 56 persen responden, sedang yang masih menyukainya hanya 20 persen.

Facebook dan Zuckerberg menempati rating popularitas terendah di antara perusahaan teknologi kondang dan CEO-nya. CEO Apple Tim Cook, misalnya, disukai 23 persen berbanding 18 persen yang tidak menyukainya. Tim Cook sekaligus satu-satunya jumlah yang suka lebih besar daripada yang tidak menyukainya. 

Adapun popularitas Mark Zuckerberg merosot 28 persen sejak 2016. Dia bahkan kalah populer dari Presiden AS Donald Trump. Terbukti pula lewat 73 persen responden yang percaya Zuckerberg terlalu berkuasa di Facebook, dan 41 persen yang menyatakan Zuckerbeg sudah waktunya pensiun. 

"Salah satu yang akan dirugikan dari penutupan Facebook adalah negara-negara berkembang yang bergantung secara tidak proposional pada Facebook," bunyi hasil penelitian itu.

Selain juga pengguna Facebook berpotensi kehilangan semua data yang diunggah di Facebook. Hal ini bisa saja terjadi jika platform ini menjual data-data pengguna yang dimilikinya ke pihak ketiga.

Penelitian tersebut juga memberi saran, diantaranya mengklasifikasikan Facebook sebagai perusahaan teknologi dan mengaturya seperti bank ataupun bisnis lain yang memiliki potensi kegagalan besar. "Dengan demikian, ketika Facebook tutup, kerugian pengguna Facebook dapat dikurangi."

Hasil lainnya adalah 69 persen responden percaya Facebook terlalu berkuasa, 57 persen percaya Facebook mengancam masyarakat, dan 71 persen bilang Facebook mementingkan keuntungan sekalipun plaform itu membahayakan masyarakat. Penolakan Facebook untuk cek fakta iklan politis juga menjadi sangat tidak populer, sebaliknya dengan gerakan Stop Hate for Profit serta boikot iklan di Facebook. 

Meskipun demikian, dikutip dari Forbes pada Kamis 13 Agustus 2020, penelitian yang diterbitkan Internet Policy Review mengatakan kekecewaan itu tak bisa berujung ke penutupan aplikasi Facebook. Menurut penelitian itu, dampak dari penutupan Facebook akan sangat besar--bahkan lebih daripada penutupan media sosial lain seperti seperti MySpace, Friendster, dan Yahoo! [Tempo/Forbes]. 

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda