Beranda / Berita / Dunia / PNS AS Trauma Dampak Pemerintahan Tutup 35 Hari

PNS AS Trauma Dampak Pemerintahan Tutup 35 Hari

Senin, 28 Januari 2019 17:05 WIB

Font: Ukuran: - +

Pekerja pemerintah yang terkena dampak dari penutupan melakukan protes diam-diam terhadap penutupan sebagian pemerintah yang sedang berlangsung di Capitol Hill di Washington, Rabu (23/1). (Foto: AP Photo/Andrew Harnik)

DIALEKSIS.COM | Washington - Penutupan pemerintah sebagian (partial government shutdown) Amerika Serikat (AS) baru saja berakhir setelah berlangsung selama 35 hari. Namun, berakhirnya penutupan pemerintah AS ternyata masih membuat pekerja federal merasa trauma.

"Saya pikir (pembukaan pemerintah sementara) ini sangat membantu, terutama untuk mendapatkan bayaran, mendapatkan gaji," kata Deepan Patel. "Dan mudah-mudahan mereka membuat kesepakatan sebelum pemerintah ditutup lagi."

Deepan Patel merupakan salah satu dari sejumlah pekerja pemerintah AS yang pada hari Jumat (25/1) mengantre untuk mendapatkan makan di dapur umum "Chefs for Feds" milik chef terkenal Jose Andres. 

Presiden AS Donald Trump telah menyetujui anggaran sementara sehingga pemerintahan AS bisa kembali dibuka. Namun, anggaran tersebut hanya akan membiayai pemerintah selama tiga minggu. 

Anggaran sementara tersebut tidak memuat dana untuk pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko, sesuatu yang sangat diinginkan Trump dan ditentang legislatif (terutama House of Representatives yang dikuasai kubu oposisi Partai Demokrat). Sehingga, bisa dikatakan bahwa masalah politik-anggaran di Washington ini dimenangkan oleh Demokrat. 

Namun, Trump masih berkeras untuk membangun tembok. Jika nantinya masa berlaku anggaran sementara ini habis pada 15 Februari dan janji Demokrat untuk membuat kesepakatan yang di dalamnya termasuk pendanaan untuk tembok tidak tercapai, maka kemungkinan Trump akan menutup kembali pemerintahan. 

Penutupan yang sudah berlangsung sejak 22 Desember 2018 dan merupakan yang terlama dalam sejarah itu telah menyebabkan 800.000 pekerja AS tidak digaji. (CNBC Indonesia)

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda