DIALEKSIS.COM | Hong Kong - Pertumbuhan ekonomi Tiongkok tercatat melambat ke level terendah dalam setahun terakhir pada kuartal III 2025, hanya tumbuh sebesar 4,8% secara tahunan (year-on-year). Perlambatan ini menjadi sinyal penting bagi perekonomian global, termasuk Indonesia, mengingat posisi Tiongkok sebagai mitra dagang utama.
Data yang dirilis pemerintah Tiongkok, Senin (20/10/2025), menunjukkan bahwa laju pertumbuhan tersebut menurun dibanding kuartal sebelumnya yang mencapai 5,2%. Kinerja ini turut dipengaruhi oleh ketegangan perdagangan yang masih berlangsung dengan Amerika Serikat serta melemahnya permintaan domestik.
“Pertumbuhan yang kuat di paruh pertama tahun ini memberi Tiongkok ruang napas, tapi tantangan struktural seperti sektor properti yang terpuruk dan lesunya konsumsi mulai menekan,” kata Lynn Song, Kepala Ekonom ING untuk Tiongkok Raya.
Meski ekspor Tiongkok tetap relatif stabil karena diversifikasi pasar, sektor domestik menunjukkan tanda-tanda kelesuan. Konsumsi selama libur panjang Golden Week Oktober dinilai “mengecewakan”, mencerminkan rendahnya kepercayaan konsumen.
Dampak ke Indonesia?
Sebagai mitra dagang terbesar Indonesia, perlambatan ekonomi Tiongkok bisa berdampak pada ekspor komoditas seperti batu bara, nikel, dan kelapa sawit. Sektor manufaktur Indonesia juga bisa terdampak dari menurunnya permintaan bahan baku dan barang antara dari Tiongkok.
Jika permintaan dari Tiongkok terus melemah, harga komoditas global bisa ikut terkoreksi. Ini menjadi perhatian serius bagi Indonesia yang tengah mendorong pertumbuhan melalui ekspor dan hilirisasi industri.
Sektor Properti Jadi Sumber Tekanan
Sektor properti Tiongkok, yang selama ini menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi, juga masih menghadapi tekanan besar. Lembaga pemeringkat S&P memperkirakan penjualan rumah baru akan turun hingga 8% pada 2025. Dampaknya merembet ke sektor konstruksi, konsumsi barang tahan lama, dan lapangan kerja.
Pemerintah Tiongkok pun diperkirakan akan mengambil langkah tambahan untuk mendorong konsumsi dan menstabilkan pasar properti, termasuk kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh bank sentral pada akhir tahun. [AP]