Pemilihan Presiden AS Jadi Hiburan dan Cibiran di Cina
Font: Ukuran: - +
Presiden AS Donald Trump, didampingi ibu negara Melania Trump dan Wakil Presiden Mike Pence, berbicara tentang hasil awal dari pemilihan presiden AS 2020 di Ruang Timur Gedung Putih di Washington, AS, Rabu (4/11/2020). [Foto: Reuters/Carlos Barria]
DIALEKSIS.COM | Beijing - Pengguna media sosial di Cina menyaksikan hari pemilihan di Amerika Serikat (AS) dengan geli dan ejekan, ketika Presiden Donald Trump mengeluhkan "penipuan besar-besaran pada bangsa kita" dan secara keliru mengklaim kemenangannya sebelum jutaan suara dihitung.
“Apakah dia menang atau kalah, misi terakhirnya adalah menghancurkan penampilan demokrasi Amerika,” tulis seorang pengguna di platform Weibo yang mirip Twitter di Cina pada hari Rabu (4/11/2020).
“Biarkan Trump terpilih kembali dan membawa AS menurun,” tulis yang lain, sementara yang ketiga menyamakan deklarasi kemenangan prematurnya dengan mengklaim pot dalam permainan mahjong sebelum ronde selesai.
Media pemerintah Cina sering kali memperhatikan berita negatif di Amerika Serikat, dan menjelang pemungutan suara hari Selasa (3/11/2020) menunjukkan gambar toko-toko yang ditutup untuk mengantisipasi kekerasan terkait Pemilu.
“Kerusuhan semacam ini biasanya komplikasi Pemilu di negara-negara miskin, tetapi orang khawatir itu mungkin muncul di AS. AS sedang mengalami degradasi," kicau Hu Xijin, editor Global Times, tabloid nasionalistik yang diterbitkan oleh Harian Rakyat Partai Komunis.
Dia kemudian mengejek jajak pendapat pra-pemilihan yang memperkirakan kinerja yang lebih kuat oleh saingannya Joe Biden.
Sebuah meme populer yang beredar online menunjukkan peta pemilihan berbentuk Cina, diwarnai merah untuk menunjukkan Trump memiliki 270 suara pemilihan. Banyak yang berbagi foto tersebut percaya bahwa kemenangan Trump akan berarti kekacauan bagi Amerika Serikat, namun keuntungan bagi Cina.
Sementara itu Kementerian Luar Negeri Cina tidak mengurusu urusan domestik AS. "Pemilu AS adalah urusan domestik. Cina tidak memiliki posisi di dalamnya," kata juru bicara kementerian luar negeri Wang Wenbin, Rabu (4/11/2020). [Reuters]