Beranda / Berita / Dunia / Nilai Tukar Riyal Arab Saudi jeblok, Indonesia Diblacklist

Nilai Tukar Riyal Arab Saudi jeblok, Indonesia Diblacklist

Rabu, 03 Februari 2021 23:50 WIB

Font: Ukuran: - +

Foto: ArabNews



Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Perjuangan Arab Saudi Bentuk Mata Uang, Sejarah Panjang Selama 300 Tahun, https://aceh.tribunnews.com/2020/10/09/perjuangan-arab-saudi-bentuk-mata-uang-sejarah-panjang-selama-300-tahun.


Editor: M Nur Pakar


DIALEKSIS.COM | Nilai tukar riyal Arab Saudi jeblok melawan rupiah pada perdagangan Rabu (3/2/2021) saat mulai diberlakukannya pelarangan kedatangan warga negara asing (WNA).

Melansir data Refinitiv, kurs riyal pagi ini merosot 0,21% ke Rp 3.729/SAR di pasar spot. Level tersebut merupakan yang terendah dalam 2 pekan terakhir.

Raja Salman Bin Abdulaziz Al Saud pada Selasa (2/2/2021) kemarin melarang warga dari 20 negara untuk masuk ke wilayah Arab Saudi, guna merendam penyebaran virus corona (Covid-19). Larangan ini berlaku mulai hari ini.

Dilansir Arab News, Rabu (3/2/2021) tindakan baru itu dilakukan di tengah lonjakan global dalam kasus Covid-19 terkait dengan variasi dalam virus corona itu sendiri yang pertama kali terdekteksi di Inggris, Afrika Selatan, dan Brasil. 

Selain itu kekhawatiran mulai muncul bahwa vaksin yang diluncurkan di seluruh dunia mungkin kurang efektif melawannya.

Indonesia termasuk satu di antara 20 negara yang masuk dalam "Blacklist" tersebut.

Sementara itu, rupiah sedang perkasa pada hari ini, sebab sentimen pelaku pasar sedang bagus. Hal tersebut terlihat dari menguatnya bursa saham global dalam 2 hari terakhir, serta menurunnya indeks volatilitas (volatility index/VIX), atau yang dikenal dengan indeks yang mencerminkan ketakutan pelaku pasar.

Selasa kemarin, volatility index, turun tajam hingga lebih dari 15%. Artinya pelaku pasar kini sudah mulai tenang melihat gejolak di pasar finansial belakang ini sudah mulai mereda, dan kembali masuk ke aset-aset berisiko.

Rupiah merupakan aset negara emerging market, yang tentunya dianggap lebih berisiko. Tetapi imbal hasil (yield) yang diberikan juga tinggi, sehingga ketika sentimen pelaku pasar sedang bagus aliran investasi akan masuk ke Indonesia yang menjadi modal bagi rupiah untuk menguat.

Besarnya aliran investasi terlihat dari lelang obligasi yang dilakukan pemerintah Indonesia Selasa kemarin. Target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp 35 triliun, dan dimenangkan dengan nilai yang sama.

Dalam proses lelang tersebut, pemerintah mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscription) 3 kali lipat dengan total penawaran yang masuk sebesar Rp 83,79 triliun [cnbcindonesia.com].

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda