Negara-negara Kepulauan Pasifik Desak Jepang Tunda Pelepasan Limbah Fukushima
Font: Ukuran: - +
PLTN Fukushima Daiichi yang hancur dalam tsunami 2011 dan air yang digunakan untuk mendinginkan reaktor disimpan di lokasi [Foto: Kyodo/via Reuters]
DIALEKSIS.COM | Dunia - Negara-negara Kepulauan Pasifik telah mendesak Jepang untuk menunda pelepasan air limbah dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima karena khawatir hal itu dapat mencemari tempat penangkapan ikan.
Seruan pada hari Rabu (18/1/2023) datang beberapa hari setelah Jepang mengumumkan bahwa air limbah yang diolah dari pabrik Fukushima, yang hancur akibat gempa bumi dan tsunami pada tahun 2011, dapat dibuang ke laut "sekitar musim semi atau musim panas ini".
Lebih dari 1 juta ton air disimpan di sekitar 1.000 tangki di pabrik yang hancur, sehingga menghambat penonaktifannya dan terancam bocor jika terjadi gempa bumi besar atau tsunami.
The Pacific Island Forum (PIF), sebuah blok regional dari 17 negara kepulauan, banyak di antaranya masih bergulat dengan warisan pengujian nuklir beberapa dekade lalu, mengatakan pelepasan air dapat berdampak signifikan pada tempat penangkapan ikan yang menjadi sandaran ekonomi mereka, dan di mana setengahnya merupakan sumber tuna dunia.
“Wilayah kami teguh bahwa tidak ada pelepasan sampai semua pihak memverifikasi keamanannya,” kata Sekretaris Jenderal PIF Henry Puna pada hari Rabu (18/1/2023) dalam pertemuan publik yang disiarkan langsung di Suva, Fiji.
“Kita harus mencegah tindakan yang akan mengarahkan atau menyesatkan kita menuju bencana kontaminasi nuklir besar lainnya di tangan orang lain,” tambahnya, dengan mengatakan penduduk Kepulauan Pasifik terus menanggung efek jangka panjang dari warisan pengujian nuklir setiap hari.
Ken Buesseler, seorang ilmuwan dari Institut Oseanografi Woods Hole, mengatakan kepada forum pada hari Rabu bahwa panel ahli ilmiah PIF mendesak Jepang untuk mempertimbangkan kembali pelepasan limbah karena tidak didukung oleh data dan diperlukan lebih banyak informasi.
"Radioaktivitas bergerak melintasi lautan dengan arus dan pasang surut, dan berisiko mencemari ikan," katanya.
Tetangga regional Jepang termasuk Cina dan Korea Selatan, dan kelompok-kelompok seperti Greenpeace, juga mengkritik rencana tersebut.
Tetapi kementerian luar negeri Jepang sebelumnya mengatakan bahwa regulator menganggap aman untuk melepaskan air, yang akan disaring untuk menghilangkan sebagian besar isotop tetapi masih mengandung jejak tritium, isotop hidrogen yang sulit dipisahkan dari air.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan pelepasan itu memenuhi standar internasional dan "tidak akan membahayakan lingkungan". [Aljazeera]