Beranda / Berita / Dunia / Nadia Murad, Mantan Budak Seks ISIS Raih Nobel Perdamaian

Nadia Murad, Mantan Budak Seks ISIS Raih Nobel Perdamaian

Sabtu, 06 Oktober 2018 15:42 WIB

Font: Ukuran: - +

Foto: BBC

DIALEKSIS.COM | Irak - Ada dua orang yang menjadi pemenang Nobel Perdamaian pada tahun ini. Mereka adalah Denis Mukwege dan Nadia Murad Basee Taha. Keduanya adalah aktivis hak perempuan.

Namun, Nadia bukan aktivis biasa. Perempuan 23 tahun ini warga Yazidi yang tinggal di wilayah utara Irak dan bekas budak seks ISIS.

Nadia diculik ISIS pada 2014, saat usianya masih 19 tahun. Kala itu, milisi ISIS sedang menyerang Distrik Sinjar, Irak, kampung halaman Nadia. Milisi ISIS membantai seluruh anggota keluarganya, sedangkan perempuan itu dibawa ke Mosul.

Dalam wawancara dengan Time.com, menerima kekerasan seksual bertubi. Tidak hanya diperkosa berkali-kali, Nadia juga dipukul setiap harinya.

Setelah serangkaian penyiksaan selama tiga bulan, Nadia bisa melarikan diri. Dia mengambil kesempatan meraih kembali kebebasan setelah seorang pemerkosanya meninggalkan pintu tanpa dikunci. Nadia kemudian kabur hingga ke kamp pengungsi Duhok di utara Iran.

Dari kamp pengungsian, pada 2015, Nadia mengungsi ke Jerman. Di sana dia mulai menjadi aktivis pembela hak perempuan, khususnya korban kekerasan seksual.

Dewan Keamanan PBB, pada Desember 2015, pernah memberi kesempatan kepada Nadia untuk berbicara soal perdagangan manusia dan konflik. Dia kemudian menjadi Goodwill Ambassador untuk Martabat Korban Perdagangan Manusia.

Pada 2016, Nadia masuk ke dalam daftar 100 orang paling berpengaruh di dunia versi Majalah Time. Dalam tahun yang sama, bersama pengacara HAM internasional Amal Clooney, Nadia meminta PBB agar menyatakan tindakan ISIS sebagai genosida sehingga para tokoh kelompok radikal itu yang tertangkap hidup dapat dibawa ke Mahkamah HAM Internasional.

Nadia pernah masuk dalam nominasi penerima Nobel Perdamaian pada 2016. Namun, pada tahun itu Nobel Perdamaian diberikan kepada Presiden Kolombia Juan Manuel Santos.

Baru pada 2018, Komite Nobel merasa Nadia dan Denis pantas mendapatkan Nobel Perdamaian. Keduanya dianggap berjasa dalam mengkampanyekan perlawanan atas kekerasan seksual terhadap perempuan dalam keadaan perang.

"Dunia yang lebih damai hanya bisa dicapai jika perempuan dan hak mendasarnya dilindungi selama perang," kata Ketua Komite Nobel Berit Reiss-Andersen dalam pengumuman di Oslo, Norwegia, Jumat (5/10), seperti dilansir AFP. (Kumparan)

Keyword:


Editor :
Sammy

riset-JSI
Komentar Anda