Milisi Rakyat Myanmar Tewaskan 50 Tentara Junta Saat Digempur
Font: Ukuran: - +
lustrasi pasukan perlawanan rakyat Myanmar. (Social Media via Reuters)
Baca artikel CNN Indonesia "50 Tentara Junta Tewas Digempur Milisi Rakyat Myanmar" selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/internasional/20210913162840-106-693630/50-tentara-junta-tewas-digempur-milisi-rakyat-myanmar.
Download Apps CNN Indonesia sekarang https://app.cnnindonesia.com/
DIALEKSIS.COM | Dunia - Setidaknya 50 tentara junta militer dilaporkan tewas dalam dua gempuran pasukan perlawanan rakyat Myanmar sepanjang akhir pekan lalu. Media lokal Myanmar, The Irrawaddy, melaporkan bahwa kedua gempuran itu terjadi di Negara Bagian Chin dan Kawasan Magwe.
Awalnya, sekitar 200 anggota Pasukan Pertahanan Chin-Thantlang (CDF-T) dan Asosiasi Nasional Chin (CNA) mulai menyerang pos militer di Desa Lungler di dekat perbatasan dengan India pada Jumat (10/9).
Namun, pasukan perlawanan rakyat itu harus mundur pada malam itu karena jet-jet junta terus menggempur mereka dari udara.
Sehari kemudian, Sabtu (11/9), sekitar 400 anggota CDF dilaporkan berhasil menduduki pos militer junta di Thantlang dan mengambil persenjataan dan amunisi di dalamnya. Mereka kemudian membakar pos tersebut.
Dalam baku tembak itu, sekitar 12 tentara junta tewas, sementara 8 anggota CDF terluka. Terpisah, pasukan perlawanan rakyat bernama Pasukan Pertahanan Yaw (YDF) dan pasukan Pertahanan Chin-Mindat (CDF-M) menyerbu pos polisi di Gangaw, Kawasan Magwe, pada Minggu (12/9) dini hari.
Sekitar pukul 02.00, baku tembak pecah dan lima petugas kepolisian tewas, sementara tiga anggota pasukan perlawanan rakyat terluka. Seorang pemimpin CDF-M mengatakan kepada mereka menyerang pos polisi itu karena banyak warga sipil di sekitar daerah tersebut ditekan oleh pasukan junta.
Berdasarkan keterangan terpisah dari YDF, 30 petugas kepolisian lainnya yang dikirim ketika baku tembak terjadi juga tewas. Meski demikian, The Irrawady tak bisa mengonfirmasi secara independen jumlah korban dari pihak kepolisian dan militer ini.
Sepanjang 2021, politik Myanmar terus bergejolak, terutama setelah militer mengudeta pemerintahan sipil pada 1 Februari lalu. Setelah itu, muncul berbagai gerakan rakyat untuk menolak kekuasaan junta. Junta terus berupaya meredam, tapi rakyat juga semakin kuat membentuk pasukan-pasukan perlawanan.
Berdasarkan data Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), setidaknya 1.080 orang tewas di tangan junta sejak Februari lalu. Selain itu, nyaris 8.050 orang lainnya, termasuk pemimpin pemerintahan sipil yang dikudeta, juga ditahan oleh junta [cnnindonesia.com].