Beranda / Berita / Dunia / Miliarder Rusia, CEO Telegram Pavel Durov Ditangkap di Prancis

Miliarder Rusia, CEO Telegram Pavel Durov Ditangkap di Prancis

Selasa, 27 Agustus 2024 12:00 WIB

Font: Ukuran: - +

CEO Telegram Pavel Durov. [Foto: Instagram/durov]



DIALEKSIS.COM | Dunia - Pavel Durov, miliarder kelahiran Rusia yang merupakan CEO aplikasi perpesanan media sosial Telegram, ditangkap di Prancis terkait dengan "investigasi yudisial yang sedang berlangsung," ucap Presiden Prancis Emmanuel Macron, Senin (26/8/2024).

Durov (39) ditangkap di Bandara Le Bourget di luar Paris tak lama setelah mendarat dengan jet pribadi pada Sabtu malam.

Durov dituduh bersikap pasif terkait kejahatan siber dan keuangan yang dilakukan di platform Telegram dan menghadapi 12 dakwaan, menurut Kantor Kejaksaan Paris.

"Dakwaan tersebut terkait dengan pornografi anak, perdagangan narkoba, dan transaksi penipuan di platform Telegram," jaksa mengumumkan pada hari Senin.

Dalam pernyataannya, Macron menegaskan bahwa penangkapan Durov "tidak politis," dengan mengatakan, "Prancis lebih dari sekadar terikat pada kebebasan berekspresi dan berkomunikasi, pada inovasi, dan pada semangat kewirausahaan. Akan tetap demikian."

Sebagai informasi, Telegram adalah salah satu aplikasi pengiriman pesan terpopuler di dunia, dengan sekitar 800 juta pengguna aktif dan basis pengguna yang besar di Rusia dan Ukraina.

Diluncurkan pada tahun 2013, Telegram dirancang untuk mengatasi masalah yang berkembang tentang privasi dan penyensoran digital. Tidak seperti banyak aplikasi pengiriman pesan pada saat itu, Telegram dibuat dengan fokus pada keamanan, menawarkan enkripsi menyeluruh dan fitur-fitur yang mengutamakan privasi pengguna.

Peningkatan popularitas aplikasi ini sangat pesat, menjadikan Durov salah satu orang terkaya di dunia. Ia diperkirakan memiliki kekayaan bersih sekitar $15,5 miliar, menurut Forbes.

Aplikasi ini membedakan dirinya dari para pesaing seperti Facebook Messenger, WeChat, dan WhatsApp dengan komitmennya terhadap kebebasan berbicara dan perlawanan terhadap penyensoran pemerintah.

Aplikasi ini telah memposisikan dirinya sebagai tempat berlindung bagi para aktivis dan jurnalis. Fitur-fiturnya meliputi pesan yang dapat dihapus sendiri, obrolan rahasia, dan fungsi saluran yang kuat.

Selain itu, Telegram menawarkan platform untuk grup perpesanan yang lebih besar, yang memungkinkan 200.000 pengguna ditambahkan ke dalam obrolan.

Karena ukuran grup yang besar, Telegram dikritik karena menampung kelompok-kelompok sayap kanan dan ekstremis. Baru-baru ini, pemerintah Inggris mengecam Telegram atas perannya dalam kelompok-kelompok ekstremis yang mengorganisir kerusuhan di seluruh negeri pada bulan Juli. [abc news]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda