Masa Pandemi Covid 19, Angkatan Darat AS Banyak Bunuh Diri
Font: Ukuran: - +
Sejumlah faktor dilihat sebagai penyebab meningkatnya angka bunuh diri tentara AS tahun ini. Salah satunya adalah stres akibat pandemi.
DIALEKSIS.COM | Washinton DC - Departemen Pertahanan AS (Pentagon) mengatakan bahwa angka bunuh diri tentara AS naik 20% tahun ini. Jumlah ini meningkat saat para prajurit menghadapi berbagai tantangan, termasuk pandemi Covid-19.
Pentagon tidak merilis secara pasti latar belakang dari banyaknya kasus bunuh diri. Tapi pihak Angkatan Darat dan Angkatan Udara mengungkap bahwa pandemi menambah tekanan pada para prajurit.
Dikutip dari Military.com, angka bunuh diri dari masing-masing angkatan bervariasi. Namun secara keseluruhan, Pentagon mengungkap jumlahnya naik 20% dari periode yang sama tahun lalu.
Pada Angkatan Darat, jumlahnya naik 30% dari tahun lalu, dari 88 menjadi 114 kasus. Dari sisi Army Guard, jumlahnya naik 10%, dari 78 menjadi 86 kasus tahun ini.
"Kami tidak mengatakan secara pasti karena Covid. Tapi ada korelasi langsung sejak Covid dimulai, angkanya justru naik," ungkap Sekretaris Angkatan Darat Ryan McCarthy kepada AP, seperti dikutip oleh Military.com.
Data awal untuk tiga bulan pertama tahun 2020 sebenarnya menunukkan penurunan secara keseluruhan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Angka bunuh diri di Angkatan Laut dan Angkatan Udara yang menurun saat itu sempat membuat petinggi militer AS optimis karena jumlahnya memang sedang berusaha ditekan selama bertahun-tahun.
Sayangnya, memasuki musim semi, atau awa masa pandemi, angka bunuh diri tentara AS justru meningkat.
"Covid menambah tekanan. Ini adalah maslah nasional karena Covid menambahkan beberapa pemicu stres, ketakutan akan hal-hal yang tidak diketahui orang-orang." kata Jenderal Charles Brown, Kepala Angkatan Udara, dikutip Military.com.
Dari sisi Angkatan Udara, Brown menjelaskan angkatannya telah mencatat 98 kasus bunuh diri sampai tanggal 15 September, tidak berubah dari tahun lalu.
James Helis, direktur program ketahanan Angkatan Darat, mengatakan isolasi terkait virus, gangguan keuangan, sekolah jarak jauh, hingga kurangnya waktu dengan anak membuat tekanan yang dialami para tentara meningkat.
Terlebih lagi, semua masalah terkait pandemi tersebut muncul dalam waktu singkat dan silit untuk dihindari. Akibatnya, lonjakan angka bunuh diri tentara AS jadi sulit dihindari.
Tekanan juga diperparah oleh tugas besar seperti penanggulangan badai dan kebakaran hutan serta kerusuhan sipil yang memakan korban jiwa.
Masa tugas tentara yang awalnya 10 bulan, diperpanjang menjadi 11 bulan akibat adanya karantina virus corona. Hal ini juga membuat para tentara mengalami stres.
Roger Brooks, spesialis kesehatan mental senior di Wounded Warrior Project, mengatakan para veteran melaporkan peningkatan gejala bunuh diri dan kecemasan.
Antara April-Agustus, mereka mencatat ada lonjakan 48% dalam rujukan ke penyedia kesehatan mental dan 10% dalam penggilan terkait konsultasi kesehatan mental.
Brooks mengatakan ada bukti bahwa pandemi telah membuat prajurit yang terluka seperti orang yang diamputasi merasa lebih terisolasi dan sulit mendapat dukungan dari orang terdekat.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa virus corona telah memaksa peningkatan panggilan telehealth dan kunjungan online ke penyedia kesehatan mental.
Melihat fakta ini, para pejabat militer AS mendorong semua pasukan untuk mengawasi rekan-rekan mereka dan memastikan bahwa mereka membutuhkan bantuan yang mereka harapkan sehingga angka bunuh diri tentara AS bisa ditekan.
- Bupati Bireuen Ingatkan Masyarakat Patuhi Protokol Kesehatan
- Kasus Corona Meningkat, Mabes Polri Kembali Keluarkan Kebijakan Pengaturan Anggota Kerja dari Rumah
- Direktur RSUD Zainal Abidin: Rumah Sakit Rujukan Covid-19 di Aceh Penuh
- Presiden Jokowi Kucurkan Rp203,9 Triliun untuk Perlindungan Sosial, Ini Perinciannya