Marak Kejadian Bakar Al-Quran, Denmark-Swedia Diselimuti Kekhawatiran
Font: Ukuran: - +
Foto: Orang-orang berdemonstrasi menentang penodaan Alquran di Denmark, di Sanaa, Yaman 24 Juli 2023. (REUTERS/KHALED ABDULLAH)
DIALEKSIS.COM | Dunia - Pemerintahan Swedia dan Denmark mulai menunjukkan tanda-tanda kekhawatiran terhadap keamanan negaranya, seusai menjadi tempat rentetan aksi pembakaran Al-Qur'an.
Swedia dan Denmark sama-sama memperketat kontrol perbatasan demi meningkatkan keamanan dalam negeri dan mencegah orang yang tidak diinginkan memasuki negara tersebut.
Pengetatan dilakukan otoritas kedua negara karena khawatir akan ada serangan balas dendam setelah aktivis anti-Islam di Denmark dan Swedia membakar dan merusak beberapa salinan kitab suci umat Islam beberapa bulan terakhir, sebagaimana dilansir Reuters.
Pengetatan dan kontrol di Denmark, yang bakal dilakukan hingga 10 Agustus 2023, salah satunya dilakukan dengan cara meningkatkan patroli dan pemeriksaan kepada pelancong yang datang dari Swedia dengan kereta api atau mobil.
"Pembakaran Alquran baru-baru ini, seperti yang dikatakan polisi, memengaruhi situasi keamanan saat ini," kata Menteri Kehakiman Denmark, Peter Hummelgaard seperti dikutip Minggu (6/8/2023).
Sebagaimana diketahui, pemerintah Denmark dan Swedia telah mengutuk aksi pembakaran Al-Quran di negaranya, dan tengah mempertimbangkan undang-undang baru yang dapat menghentikan hal tersebut.
Kendati begitu, kritikus dalam negeri mengatakan keputusan semacam itu akan merusak kebebasan berbicara yang dilindungi dalam konstitusi mereka.
Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen pada Kamis malam (3/8) mengatakan teks-teks agama tidak boleh dibakar. Ia pun menganggap aksi yang keliru bila ada orang yang juga membakar Injil ataupun Taurat.
"Saya pikir akan salah jika seseorang berdiri di sana dan membakar Alkitab. Saya juga tidak berpikir kita harus membakar Taurat demi mereka yang beragama Yahudi," kata Frederiksen kepada DR (Danish Broadcasting Corporation).
Keputusan Denmark memperketat kontrol perbatasan mengikuti langkah serupa yang dilakukan Swedia. Pemerintah Swedia mengintensifkan kontrol perbatasan karena situasi keamanan yang mereka anggak memburuk setelah beberapa aksi protes yang melibatkan penodaan terhadap Al-Quran.
"Orang-orang dengan ikatan yang sangat lemah dengan Swedia seharusnya tidak dapat datang ke Swedia untuk melakukan kejahatan," kata Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson pada konferensi pers, Selasa (1/8/2023).
Ia menambahkan bahwa keputusan resmi untuk meningkatkan kontrol perbatasan diharapkan pada hari Kamis. [cnbcindonesia]