kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / Ledakan Bom Guncang Ukraina Timur, Perang Skala Penuh di Depan Mata

Ledakan Bom Guncang Ukraina Timur, Perang Skala Penuh di Depan Mata

Sabtu, 19 Februari 2022 15:30 WIB

Font: Ukuran: - +


Pasukan Ukraina. [Foto: Ilustrasi/Getty Images]


DIALEKSIS.COM | Ukraina - Perang skala penuh di Ukraina timur dapat pecah kapan saja, setelah rentetan serangan bom mengguncang Republik Rakyat Donetsk, sebuah daerah pro Rusia yang ingin memisahkan diri dari Ukraina.

Denis Pushilin yang memimpin Republik Rakyat Donetsk mengatakan kepada media Rusia pada Jumat (18/2/2022) malam bahwa serangan terhadap Donetsk mulai dilakukan oleh pasukan yang setia kepada Kiev.

"Kiev dapat memulai serangan skala penuh terhadap Donbass kapan saja, situasinya kritis," kata Pushilin kepada televisi Rusia, merujuk pada dua republik yang memproklamirkan diri di Ukraina timur.

Ditanya apakah akan ada perang, Pushilin menjawab: “Ya. Sayangnya ya," kta Pushilin sebagaimana dilansir Russia Today.

Komentar Pushilin muncul sekitar satu jam setelah ledakan di luar gedung pemerintah Donetsk, yang ternyata merupakan bom mobil yang menargetkan kepala polisi regional Denis Sinenkov.

Dia tidak terluka dalam ledakan itu. Juga tidak ada laporan korban jiwa, hanya kerusakan material saja.

Pushilin menyebut pengeboman itu sebagai "sabotase" dalam persiapan serangan oleh Kiev. Setiap bangunan infrastruktur penting di Donetsk dijaga dan dipersiapkan untuk kemungkinan serangan teroris, tambahnya.

Ukraina telah menyangkal rencana untuk menyerang wilayah yang memisahkan diri itu.

Sementara pihak berwenang di Donetsk dan negara tetangga Lugansk telah mengumumkan evakuasi warga sipil ke Rusia.

Pushilin mengatakan bahwa "ratusan ribu" orang - terutama wanita, anak-anak, dan orang tua - mungkin akan dievakuasi, sementara pria berusia 55 tahun ke bawah akan diminta untuk tinggal.

AS dan NATO telah mengklaim selama tiga bulan terakhir bahwa Rusia sedang bersiap untuk "menyerang" Ukraina, ke titik di mana pemerintah Kiev meminta mereka untuk mengurangi retorika karena menyebarkan kepanikan yang tidak semestinya dan merugikan ekonomi negara.

Moskow telah menolak tuduhan itu sebagai "berita palsu." [Sumber : Russia Today]


Keyword:


Editor :
Zakir

riset-JSI
Komentar Anda