kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / Korban Gempa Turki-Suriah Bertambah Capai 36 Ribu Orang

Korban Gempa Turki-Suriah Bertambah Capai 36 Ribu Orang

Senin, 13 Februari 2023 21:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Operasi pemulihan di Kahramanmaraş pada hari Senin, 13 Februari 2023. [Foto: Patrick Keddie/Al Jazeera]


DIALEKSIS.COM | Dunia - Tim penyelamat terus mengeluarkan lebih banyak korban selamat dari reruntuhan di Turki dan Suriah karena jumlah korban tewas akibat gempa bumi minggu lalu mencapai 36.000.

Gempa berkekuatan 7,8 itu telah menewaskan sedikitnya 31.643 orang di Turki pada Senin (13/2/2023), dan 4.614 orang di Suriah.

Martin Griffith, kepala bantuan PBB, mengatakan upaya penyelamatan hampir selesai dan bahwa dunia sejauh ini telah mengecewakan orang-orang di barat laut Suriah, dengan mengatakan bahwa mereka yang selamat di sana "merasa benar-benar ditinggalkan".

PBB mengatakan hingga 5,3 juta orang di Suriah mungkin kehilangan tempat tinggal setelah gempa bumi. Hampir 900.000 orang sangat membutuhkan makanan di Turki dan Suriah.

Di Suriah, bantuan dari daerah yang dikuasai pemerintah ke wilayah yang dikuasai pemberontak telah tertahan oleh masalah persetujuan dengan kelompok bersenjata Hay'et Tahrir al-Sham, menurut PBB.

Pergulatan Penyintas Gempa

Sementara itu, para penyintas bergulat dengan kehilangan. Ribuan orang kehilangan tempat tinggal akibat gempa besar yang melanda Turki dan Suriah seminggu yang lalu berkemas di tenda-tenda yang penuh sesak atau berbaris di jalan-jalan untuk menikmati makanan hangat di Kota Adiyaman, Turki, The Associated Press melaporkan.

Hampir tidak ada rumah yang berdiri di Desa Polat, sekitar 100 km (62 mil) dari pusat gempa. Warga telah menyelamatkan lemari es, mesin cuci, dan barang-barang lainnya dari rumah yang hancur. 

"Tidak cukup tenda yang tiba untuk para tunawisma," kata penyintas Zehra Kurukafa, dan keluarga terpaksa berbagi tenda yang tersedia. “Kami tidur di lumpur, bersama dua, tiga, bahkan empat keluarga. 

Di Kota Adiyaman, Musa Bozkurt yang berusia 25 tahun menunggu kendaraan untuk membawanya dan yang lainnya ke Kota Afyon di Turki barat. 

"Kami akan pergi, tapi kami tidak tahu apa yang akan terjadi saat kami sampai di sana," kata Bozkurt. “Kami tidak punya tujuan. Bahkan jika ada [rencana], apa gunanya setelah jam ini? Saya tidak lagi memiliki ayah atau paman saya". [Aljazeera]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda