Beranda / Berita / Dunia / Ketegangan Memuncak: Israel dan Hizbullah di Ambang Konflik Besar

Ketegangan Memuncak: Israel dan Hizbullah di Ambang Konflik Besar

Senin, 23 September 2024 10:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Petugas tanggap darurat dan pasukan keamanan Israel berkumpul di tengah puing-puing dan kendaraan yang hangus di Kiryat Bialik, distrik Haifa, Israel, menyusul laporan serangan oleh Hizbullah Lebanon. (Foto: AFP/JACK GUEZ)


DIALEKSIS.COM | Tel Aviv -  Ancaman perang terbuka antara Israel dan Hizbullah semakin nyata. Kedua pihak memperlihatkan taring mereka dalam serangkaian serangan lintas batas yang semakin intens, mengabaikan desakan internasional untuk meredakan ketegangan.

Militer Israel melaporkan hujan roket dan rudal dari wilayah Lebanon pada Sabtu (21/9) malam hingga Minggu (22/9) pagi. Tak tanggung-tanggung, sekitar 150 proyektil ditembakkan ke arah Israel, dengan jangkauan yang lebih jauh dari serangan-serangan sebelumnya. Akibatnya, ribuan warga Israel terpaksa berlindung di bunker, sementara sejumlah rumah di sekitar Haifa mengalami kerusakan.

Merespons serangan ini, Israel melancarkan serangan balasan ke Lebanon selatan. Klaim pihak Israel, ribuan peluncur roket Hizbullah berhasil dihancurkan dalam operasi tersebut.

"Kami akan mengambil tindakan apa pun yang diperlukan untuk memulihkan keamanan dan mengembalikan warga kami dengan aman ke rumah mereka di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon," tegas Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam pernyataannya pada Minggu (22/9). Ia menambahkan bahwa Israel telah memberikan "pukulan yang tak terbayangkan" kepada Hizbullah.

Namun, ancaman Netanyahu tampaknya tak membuat gentar kubu Hizbullah. Naim Qassem, wakil pemimpin kelompok militan tersebut, menegaskan kesiapan mereka menghadapi segala kemungkinan militer. "Kami telah memasuki fase baru, yaitu perhitungan terbuka dengan Israel," ujarnya dalam pidato pemakaman Ibrahim Aqil, komandan senior Hizbullah yang tewas dalam serangan Israel di Beirut pada Jumat (20/9).

Qassem juga mengklaim bahwa Israel telah gagal mencapai tujuannya, sementara Hizbullah terus melancarkan serangan dalam tiga hari terakhir. Ia memprediksikan semakin banyak warga Israel di wilayah utara yang akan terusir dari rumah mereka.

Pemakaman Aqil di Beirut selatan menjadi ajang demonstrasi kekuatan Hizbullah. Ribuan pendukung memadati jalan-jalan, mengikuti prosesi peti jenazah dengan teriakan-teriakan anti-Amerika. Suasana duka bercampur amarah terasa kental, menunjukkan tekad perlawanan yang tak surut meski di tengah duka.

Eskalasi konflik ini terjadi di tengah aliansi Hizbullah dengan Hamas, yang keduanya merupakan bagian dari apa yang disebut "Poros Perlawanan" Iran. Situasi ini menambah kekhawatiran akan meluasnya konflik di kawasan Timur Tengah yang sudah rapuh.

Dengan retorika yang semakin panas dari kedua belah pihak, dunia internasional kini menahan napas, berharap diplomasi masih bisa mencegah perang terbuka yang dapat menghancurkan stabilitas kawasan.

Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda