DIALEKSIS.COM | Osaka - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan komitmennya dalam mempromosikan batik sebagai simbol kebanggaan nasional. Dalam kunjungan kerjanya ke Jepang untuk menghadiri World Expo Osaka 2025, Agus tampak mengenakan batik saat bertemu dengan pelaku industri Negeri Sakura.
"Kita harus berani menampilkan batik dalam berbagai event, terutama forum-forum internasional. Apalagi, batik sudah ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya milik Indonesia. Sayang sekali kalau tidak kita sosialisasikan secara luas," kata Agus kepada wartawan saat mengunjungi Paviliun China di Osaka, Sabtu (12/7/2025).
Agus menyebut batik bukan sekadar pakaian, tetapi juga cerminan kekayaan budaya dan bentuk nyata dukungan terhadap produk dalam negeri. Ia mengaku selalu mengenakan batik dalam kegiatan resmi, baik di dalam maupun luar negeri, kecuali jika ada aturan berpakaian khusus dari tuan rumah.
"Kita harus bangga dengan apa yang kita miliki. Selain itu, kita juga harus agresif menunjukkan kekayaan budaya kita kepada dunia, termasuk batik," tegasnya. "Kita punya kekayaan alam dan kekayaan intelektual yang luar biasa. Jangan disembunyikan, justru harus kita tampilkan dengan percaya diri."
Kontribusi Ekonomi Batik
Menurut Agus, batik memiliki nilai ekonomi yang signifikan. "Satu helai batik bisa menghidupi banyak orang di Indonesia, dari pengrajin, desainer, sampai pelaku usaha perdagangan batik," ujarnya.
Data Kementerian Perindustrian mencatat, nilai ekspor batik pada triwulan I tahun 2025 mencapai USD 7,63 juta, naik 76,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Saat ini, terdapat sekitar 5.946 industri batik dan 200 sentra IKM di 11 provinsi, berdasarkan Direktori Sentra BPS 2020.
"Data tersebut semakin menegaskan bahwa batik berperan besar dalam ekonomi Indonesia dan menjadi sumber mata pencaharian khalayak banyak," tambah Agus.
Batik untuk Semua Generasi
Sebagai bentuk kampanye berkelanjutan, Kemenperin akan menggelar Gelar Batik Nasional (GBN) akhir bulan ini, bertepatan dengan Hari Batik Nasional (HBN) 2025. Agus berharap kegiatan ini dapat memperkuat citra batik sebagai warisan budaya yang modern dan relevan.
"Batik itu jangan dianggap kuno. Batik bisa dipakai oleh semua generasi, termasuk anak-anak muda. Jangan sampai batik hanya diasosiasikan dengan sesuatu yang jadul. Justru harus dibiasakan agar generasi muda juga bangga mengenakan batik dalam kesehariannya," ujarnya.
Agus juga mengapresiasi sekolah-sekolah yang menetapkan hari khusus bagi siswa untuk memakai batik. Ia menilai langkah ini positif dalam menumbuhkan rasa cinta budaya sejak dini.
Dukungan Teknologi untuk Batik
Dari sisi industri, Agus menekankan pentingnya memanfaatkan teknologi dalam produksi batik. Namun, ia menegaskan bahwa penggunaan teknologi tidak boleh menghilangkan nilai seni dari batik itu sendiri.
"Teknologi di sini bukan berarti mengabaikan desain batik, tetapi lebih kepada percepatan proses produksi. Karena itu, kita dorong penggunaan teknologi tanpa meninggalkan nilai artistik," jelasnya.
Agus menutup dengan seruan yang membumi namun kuat: "Batik itu keren. Batik itu cool. Mari kita pakai dengan bangga." [red]