kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / Kenaikan Harga Minyak Dunia, Diakibatkan Ini

Kenaikan Harga Minyak Dunia, Diakibatkan Ini

Minggu, 11 September 2022 09:30 WIB

Font: Ukuran: - +


Ilustrasi harga minyak dunia meningkat. (Shutterstock)


DIALEKSIS.COM | Dunia - Harga minyak dunia lompat 4 persen pada akhir perdagangan Sabtu (10/9) pagi. Kenaikan harga minyak mentah terjadi akibat pelemahan dolar AS, termasuk pemangkasan pasokan.

Ancaman pasokan minyak Rusia juga turut mempengaruhi harga kontrak berjangka minyak. Belum lagi, masalah penguncian wilayah (lockdown) berkepanjangan di China yang diyakini menekan permintaan BBM.

Mengutip Antara, Minggu (11/9), minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober naik 3,9 persen menjadi US$86,79 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November meningkat 4,1 persen jadi US$92,84 per barel di London ICE Futures Exchange.

Meskipun harga naik, kekhawatiran permintaan terus menghantui. WTI mencatat kerugian pada kontak bulan depan, begitu pun Brent. Secara historis, harga minyak memang berbanding terbalik dengan dolar AS. Dolar AS yang hijau beberapa hari terakhir, mendadak lesu pada akhir pekan.

Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam menghentikan ekspor minyak dan gas ke Eropa jika pembatasan harga diterapkan.

"Selama beberapa bulan mendatang, Barat harus menghadapi risiko kehilangan pasokan energi Rusia dan melonjaknya harga minyak," kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM.

Sementara itu, Kota Chengdu memperpanjang penguncian untuk sebagian besar dari lebih dari 21 juta penduduknya. Sedangkan, jutaan lainnya di bagian lain China diberitahu untuk menghindari perjalanan selama liburan mendatang.

Badan Informasi Energi AS melaporkan bahwa persediaan minyak mentah komersial AS meningkat sebesar 8,8 juta barel selama pekan yang berakhir 2 September. Analis yang disurvei oleh S&P Global Commodity Insights memperkirakan pasokan minyak mentah AS menunjukkan penurunan 1,8 juta barel [cnnindonesia.com].

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda