Istana Presiden Brazil Diserang Warga, Ini Kronologinya
Font: Ukuran: - +
Ribuan warga pendukung mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro menyerang gedung kongres, Mahkamah Agung dan Istana Presiden Brasil. [Foto: Reuters/Adriano Machado]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Kekacauan terjadi di ibu kota Brasil, Minggu (8/1/2023). Serangan dilakukan massa ke pusat kekuasaan negara itu.
Kekacauan terjadi setelah lautan pengunjuk rasa yang mengenakan bendera hijau dan kuning membanjiri Lapangan Tiga Kekuatan Brasilia. Mereka lalu menyerbu Kongres, menghancurkan gedung Mahkamah Agung dan menaiki tanjakan menuju istana presiden Planalto.
Apa yang Terjadi?
Kerumunan massa anarkis tersebut adalah pendukung presiden sebelumnya, Jair Bolsonaro. Pendukung garis keras itu menyerukan intervensi militer untuk menghentikan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva mengambil kekuasaan.
Lula sendiri memang memenangkan Pemilu 30 Oktober. Namun pengunjuk rasa berdalih, Lula yang memenangkan putaran kedua dengan skor tipis 50,9% melawan 49,1 %, curang.
Rekaman media sosial menunjukkan bagaimana perusuh mendobrak pintu dan jendela untuk memasuki gedung Kongres. Kemudian mereka mengalir masuk secara massal.
Mereka kemudian mengotori kantor anggota parlemen dan menggunakan mimbar speaker miring di lantai badan legislatif sebagai seluncuran. Di saat yang sama, mereka meneriakkan hinaan yang ditujukan kepada anggota parlemen yang tidak hadir.
"Intervensi," bunyi tulisan yang dipasang kerumunan pengunjuk rasa yang naik ke atap gedung Kongres, dikutip AFP.
"Banyak tanda penipuan dan korupsi," kata pengunjuk rasa Rogerio Souza Marcos.
Persatuan jurnalis mengatakan sedikitnya lima wartawan diserang, termasuk seorang fotografer AFP yang dipukuli oleh pengunjuk rasa . Bukan Hanna itu, peralatannya -pun dicuri.
Setelah mengacak-acak kongres, mereka juga menyerbu mahkamah agung dan istana presiden.
Dekrit & Aparat Turun Operasi Besar-besaran
Keadaan ini membuat Presiden Lula yang tengah berada di tenggara kota Araraquara mengunjungi wilayah yang dilanda banjir parah, menandatangani dekrit. Ia mengumumkan intervensi federal di Brasilia, memberikan kekuasaan khusus kepada pemerintahnya untuk memulihkan hukum dan ketertiban di ibu kota.
Pasukan keamanan Brasil lalu melakukan operasi besar-besaran. Setelah berjam-jam kekacauan habis-habisan di pusat kekuasaan, pasukan keamanan berhasil merebut kembali Kongres bangunan di malam hari.
Operasi besar-besaran masih dilakukan untuk mengevakuasi para demonstran dari istana kepresidenan Planalto dan Mahkamah Agung. Polisi anti huru hara diterjunkan dengan menunggang kuda, meriam air, dan bom gas air mata yang ditembakkan dari helikopter untuk melawan mereka.
"Para fanatik fasis ini telah melakukan sesuatu yang belum pernah terlihat sebelumnya dalam sejarah negara ini," kata Lula.
"Kami akan mencari tahu siapa pengacau ini, dan mereka akan dijatuhkan dengan kekuatan penuh hukum," tegasnya.
Media Brasil mengatakan telah melakukan 170 penangkapan. Layanan keamanan Senat mengatakan telah menangkap 30 orang.
Sementara itu, Gubernur Brasilia Ibaneis Rocha memecat kepala keamanan publik ibukota, Anderson Torres. Torres sebelumnya menjabat sebagai menteri kehakiman Bolsonaro.
Kantor jaksa agung mengatakan telah meminta Mahkamah Agung untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Torres dan semua pejabat publik lainnya yang bertanggung jawab atas tindakan dan kelalaian yang menyebabkan kerusuhan. Ia juga meminta pengadilan tinggi untuk mengizinkan penggunaan "semua pasukan keamanan publik" untuk merebut kembali gedung-gedung federal dan membubarkan protes anti-pemerintah secara nasional.
"Upaya absurd untuk memaksakan kehendak (para pengunjuk rasa) dengan paksa," kata Menteri Kehakiman dan Keamanan Publik Brasil yang baru diangkat Flavio Dino.
"Itu tidak akan menang," tulisnya di Twitter.
Kecaman Internasional
Kecaman internasional dengan cepat terhadap para pengunjuk rasa. Presiden AS Joe Biden menyebut serangan itu sebagai "keterlaluan" sementara Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan mengatakan Washington "mengutuk segala upaya" untuk merusak demokrasi di Brasil.
Presiden Dewan Eropa Charles Michel mencuit "mengecam secara mutlak". Di sisi lain Presiden Prancis, Emmanuel Macron meminta semua pihak menghormati institusi di Brasil dan mengirim Lula dukungan.(CNBC Indonesia)