Inggris Bakal Habiskan Rp1,97 Triliun untuk Penelitian dan Regulasi AI
Font: Ukuran: - +
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak berupaya memposisikan negaranya sebagai pemimpin global dalam regulasi AI. [Foto: Justin Tallis/Pool via Reuters]
DIALEKSIS.COM | Dunia - Inggris telah mengumumkan rencana untuk menghabiskan lebih dari 100 juta pound (Rp1,97 triliun) untuk penelitian dan pelatihan terkait kecerdasan buatan (AI/Artificial Intelligence).
Berdasarkan rencana yang diumumkan pada hari Selasa (6/2/2024), pemerintah akan meluncurkan sembilan pusat penelitian AI baru di seluruh Inggris, mendukung proyek penelitian yang mengkaji penggunaan AI secara bertanggung jawab dalam pendidikan, kepolisian dan industri kreatif, serta melatih regulator dalam mengelola risiko dan manfaat teknologi.
Menteri Luar Negeri bidang Sains, Inovasi dan Teknologi Michelle Donelan mengatakan AI mempunyai potensi untuk “mengubah layanan publik dan perekonomian kita menjadi lebih baik” dan menghasilkan pengobatan untuk penyakit seperti kanker dan demensia.
“AI bergerak dengan cepat, namun kami telah menunjukkan bahwa manusia juga bisa bergerak dengan cepat. Dengan mengambil pendekatan yang tangkas dan spesifik pada sektor tertentu, kami mulai dapat segera mengatasi risiko-risiko tersebut, yang pada gilirannya membuka jalan bagi Inggris untuk menjadi salah satu negara pertama di dunia yang memperoleh manfaat AI dengan aman,” kata Donelan dalam sebuah pernyataan.
Pengumuman ini muncul setelah Inggris pada bulan November meluncurkan lembaga pertama di dunia yang didedikasikan untuk keselamatan AI dan menjadi tuan rumah pertemuan puncak global mengenai topik tersebut, di mana lebih dari 25 negara menandatangani Deklarasi Bletchley yang mengakui risiko teknologi yang “serius, bahkan membawa bencana, menyakiti".
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak berusaha memposisikan negaranya sebagai pemimpin dalam regulasi AI, dengan alasan bahwa hanya pemerintah yang dapat menilai risiko teknologi ini dengan tepat dan memiliki “kekuatan dan legitimasi untuk menjaga keselamatan rakyatnya”.
Para eksekutif di perusahaan terkemuka di bidang AI, termasuk Microsoft, Google, dan Amazon, menyambut baik pengumuman pemerintah tersebut.
“Model hub and spoke akan membantu Inggris mendapatkan manfaat dari keahlian regulator, serta memberikan kejelasan pada ekosistem AI “ dan saya sangat mendukung komitmen untuk mendukung regulator dengan sumber daya lebih lanjut,” Chief Operating Officer Google DeepMind Lila Ibrahim mengatakan dalam sebuah pernyataan.
“AI mewakili peluang untuk mendorong kemajuan bagi umat manusia, dan kami berharap dapat bekerja sama dengan pemerintah untuk memastikan bahwa Inggris dapat terus menjadi pemimpin global dalam penelitian AI dan menetapkan standar regulasi yang baik.” [Aljazeera]