DIALEKSIS.COM | Prancis - Indonesia memperkenalkan instrumen pendanaan inovatif untuk konservasi laut dunia melalui peluncuran Indonesia Coral Reef Bond, dalam acara side event di Konferensi Laut PBB ke-3 (The Third United Nations Ocean Conference/UNOC) yang digelar pada 9-13 Juni 2025 di Nice, Prancis.
Instrumen yang dijuluki sebagai “the world’s first outcome bond for marine protected areas” ini dirancang untuk menjawab kekurangan pendanaan konservasi laut global yang diperkirakan mencapai USD 100“200 juta per tahun.
“Coral Reef Bond adalah instrumen outcome-based pertama di dunia dalam konservasi laut yang tidak bersumber dari utang dan bukan dana pemerintah. Prinsip perlindungannya dijamin oleh Bank Dunia,” ujar Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Sakti Wahyu Trenggono, dalam keterangannya yang diterima pada Minggu (15/6/2025).
Trenggono menegaskan, inisiatif ini merupakan langkah konkret Indonesia untuk mencapai target 30% kawasan konservasi laut pada 2045. Dana dari obligasi ini akan difokuskan pada tiga kawasan konservasi prioritas: Raja Ampat (nasional dan daerah) serta Kepulauan Alor.
“Upaya menjaga terumbu karang tidak bisa dibebankan pada satu negara saja. Kami mengundang sektor swasta, filantropi, dan komunitas internasional untuk turut serta berinvestasi dalam keberlanjutan ekosistem laut,” tambah Trenggono dalam pidatonya di UNOC.
Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Soeharto, menyebut peluncuran Coral Reef Bond sebagai momen bersejarah dalam inovasi keuangan berkelanjutan.
“Kami harap ini mendorong hadirnya regulasi yang mendukung agar inisiatif semacam ini bisa berkembang luas,” ujarnya.
Diskusi panel dalam side event ini dihadiri perwakilan internasional dari Bank Dunia, Global Environment Facility (GEF), UNESCO-IOC, BNP Paribas, hingga IUCN. Mereka menyoroti urgensi melibatkan sektor swasta dalam konservasi, serta perlunya model pendanaan yang hasilnya bisa diukur secara ilmiah.
Wakil Menteri Luar Negeri RI, Arif Havas Oegroseno, yang memfasilitasi diskusi, menilai Coral Reef Bond sebagai pendekatan strategis yang bisa direplikasi negara lain.
“Ini bukan hanya proyek nasional, tapi potensi model global dalam pendanaan konservasi laut yang efektif dan berkelanjutan,” katanya.
Proyek ini merupakan hasil kolaborasi lintas lembaga Indonesia dan mitra global seperti KKP, Bappenas, Kementerian Keuangan, BRIN, Bank Dunia, hingga GEF. Dengan tolok ukur standar IUCN Green List dan indikator biomassa ikan, Coral Reef Bond menetapkan target konservasi yang konkret dan dapat diverifikasi. [in]