Beranda / Berita / Dunia / Hujan Lebat Guyur Tanzania Sebabkan Banjir, Tewaskan 58 Warga

Hujan Lebat Guyur Tanzania Sebabkan Banjir, Tewaskan 58 Warga

Senin, 15 April 2024 19:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Setidaknya 63 orang tewas pada bulan Desember 2023, saat banjir dan tanah longsor meluluhlantahkan Tanzania. [Foto: Reuters]


DIALEKSIS.COM | Tanzania - Banjir telah menewaskan 58 orang di Tanzania selama dua minggu terakhir, sehingga mendorong negara Afrika Timur tersebut untuk mencari solusi melalui proyek-proyek infrastruktur besar.

Pemerintah mengumumkan jumlah korban tewas pada Minggu (14/4/2024) malam ketika hujan lebat terus melanda negara itu. 

Bulan April menandai puncak musim hujan di Tanzania, dan tahun ini diperburuk oleh fenomena El Nino, yang menyebabkan kekeringan dan banjir di seluruh dunia.

“Dari 1 April hingga 14 April 2024, ada 58 kematian yang disebabkan oleh hujan lebat yang menyebabkan banjir,” kata juru bicara pemerintah Mobhare Matinyi dalam konferensi pers, menekankan bahwa wilayah pesisir negara itu adalah salah satu yang paling parah terkena dampaknya.

“Dampak banjir yang parah terjadi di wilayah pesisir dimana 11 orang telah meninggal sejauh ini,” tambahnya.

Tanzania berencana membangun 14 bendungan untuk mencegah banjir di masa depan, kata juru bicara tersebut.

Empat bulan lalu, setidaknya 63 orang tewas akibat banjir di Tanzania utara yang juga memicu tanah longsor yang menghancurkan.

Pada hari Jumat, delapan anak sekolah tenggelam setelah bus mereka jatuh ke jurang banjir di bagian utara negara itu. Seorang sukarelawan dalam operasi penyelamatan juga tewas.

Lebih dari 75.000 lahan pertanian telah rusak di wilayah pesisir dan Morogoro, sekitar 200 km (124 mil) sebelah barat ibu kota ekonomi, Dar-es-Salaam.

Persediaan penting, termasuk makanan, telah didistribusikan kepada mereka yang terkena dampak.

Wilayah lain di Afrika Timur juga dilanda hujan lebat. Banjir di negara tetangga Kenya dilaporkan menewaskan sedikitnya 13 orang.

Infrastruktur juga rusak dan masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir didesak untuk pindah.

Para ilmuwan dari kelompok Atribusi Cuaca Dunia mengatakan curah hujan di Afrika Timur “adalah salah satu yang paling intens yang pernah tercatat” di wilayah tersebut antara bulan Oktober dan Desember.

“Perubahan iklim juga berkontribusi terhadap peristiwa tersebut, membuat curah hujan lebat hingga dua kali lebih deras,” lapor kantor berita AFP, mengutip kelompok tersebut, dan menambahkan bahwa kontribusi pasti dari pemanasan global tidak diketahui. [Aljazeera]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda