Harga Minyak Dunia Naik Turun
Font: Ukuran: - +
Kenaikan harga minyak dunia yang sempat menembus level US$90 per barel terhenti. Itu terjadi akibat tarik menarik sentimen. Ilustrasi. [Foto: iStock/nielubieklonu]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Harga minyak jatuh pada akhir perdagangan Kamis (27/1/2022) sore waktu AS atau Jumat (28/1/2022) pagi WIB. Mengutip Antara, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret turun 62 sen ke level US$89,34 per barel.
Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret ditutup melemah 74 sen ke level US$86,61 per barel.
Pelemahan terjadi setelah minyak mentah Brent mencapai level di atas US$90 per barel yang merupakan harga tertinggi tujuh. Analis menyebut pelemahan harga minyak jelang akhir pekan ini terjadi tarik menarik sentimen antara kekhawatiran pasar atas potensi pengetatan pasokan yang terjadi akibat konflik geopolitik di sejumlah kawasan dengan ekspektasi Federal Reserve AS akan segera memperketat kebijakan moneter.
Akibatnya, kedua kontrak acuan harga minyak mentah itu bergejolak naik turun kemarin. Harga minyak melonjak pada Rabu (26/1/2022).
Harga minyak Brent bahkan sempat naik ke atas US$90 per barel untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun. Kenaikan terjadi dipicu ketegangan antara Rusia dan Barat.
Selain itu, kenaikan juga terjadi akibat ancaman gerakan Houthi Yaman terhadap Uni Emirat Arab. Ketegangan itu memicu kekhawatiran pasar bahwa pasokan energi akan terganggu.
Maklum, Rusia merupakan produsen minyak terbesar kedua di dunia. Di tengah kekhawatiran itu, pasar terbebani pernyataan Federal Reserve (Fed) AS yang pada Rabu (26/1/2022) mengatakan bahwa mereka kemungkinan akan menaikkan suku bunga pada Maret dan berencana untuk mengakhiri pembelian obligasi bulan itu untuk menjinakkan inflasi.
Setelah pengumuman, dolar AS naik dan membuat minyak tertekan. Pada Kamis (27/1/2022), indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang perdagangan utama lainnya naik ke level tertinggi sejak Juli 2021. Tapi, analis meramal pelemahan kemungkinan hanya bersifat sementara.
"Kemerosotan harga sedang terbendung krisis Ukraina. Masih ada kekhawatiran bahwa krisis mengakibatkan pengiriman minyak dan gas Rusia dapat terhambat jika terjadi eskalasi militer. Ini menopang minyak," kata Commerzbank dalam pernyataan mereka.
Sementara Analis Senior Price Futures Group Phil Flynn menyebut pasar memang sedang dihantui ketidakpastian. "Pasar sangat tidak menentu di tengah berita utama tentang situasi Rusia-Ukraina. Ada ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi," kata Analis Senior Price Futures Group, Phil Flynn.
Kini katanya, pasar mulai mengalihkan perhatiannya ke pertemuan 2 Februari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+. (CNN Ind)