kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / Gina Haspel, Perempuan Tukang Siksa yang Kini Jabat Direktur CIA

Gina Haspel, Perempuan Tukang Siksa yang Kini Jabat Direktur CIA

Kamis, 15 Maret 2018 21:07 WIB

Font: Ukuran: - +

Gina Haspel. (AP)

DIALEKSIS.COM | New York - Amerika Serikat (AS) dikejutkan dengan keputusan Presiden Donald Trump yang menunjuk Gina Haspel sebagai Direktur Badan Intelijen Negara (CIA).

Haspel menggantikan Mike Pompeo yang diperintah Trump menduduki posisi Menteri Luar Negeri. Penunjukan Pompeo juga merupakan keputusan mengagetkan Trump, setelah sebelumnya pada Selasa petang (13/3), Rex Tillerson, didepak dari posisi Menlu AS.

Dari serangkaian proses tukar tempat jabatan ini, penunjukan Gina Haspel sebagai bos intel tertinggi Paman Sam juga men¬jadi buah bibir di AS. Ini adalah kali pertama dalam sejarah AS, posisi Direktur CIA diduduki seorang perempuan.

Presiden Trump mengumum¬kan hal ini kepada publik melalui Twitter resminya. "Selamat un¬tuk semuanya," kicau Trump.

Gina Haspel memang bukan orang baru di CIA. Dia juga salah satu intelijen yang cukup dikenal. Namun, dia memiliki jejak kontroversial dan hal terse¬but pernah terungkap dalam sesi hearing di Senat AS.

Dia adalah veteran Black Ops, yang pernah menjalankan operasi interogasi rahasia di Thailand. Dia dituduh terlibat kegiatan penyiksaan para tah¬anan. Sejumlah intel CIA bahkan menggambarkan Haspel sebagai intel berdarah dingin.

Berdasarkan hasil penelu¬suran Reuters, sejumlah pejabat intelijen yang pernah bekerja di bawah Haspel mengatakan, dia bertanggung jawab atas pem¬bentukan penjara rahasia dengan kode "Mata Kucing."

Ini terjadi pada masa pemer¬intahan Presiden George Walker Bush. Ada dua anggota militan Al Qaeda yang menerima pe¬nyiksaan di penjara dengan cara waterboarding. Hapsel memimpin penyiksaan terhadap tersangka kunci al-Qaeda, Abu Zubaydah dan Abd al-Rahim al-Nashiri, yang diinterogasi dan berulang kali ditempatkan di penjara itu.

"Tiga tahun kemudian, masih pada masa kepresidenan Bush, Haspel memerintahkan penghan¬curan rekaman video penyiksaan waterboarding. Yaitu berupa penenggelaman tahanan dan penyiksaan tanpa mempedulikan hak asasi tahanan," begitu dilan¬sir Reuters.

Haspel kini berusia 61 tahun dan telah menjabat sebagai Wakil Direktur CIA sejak Feb¬ruari 2017 di masa pemerintahan Trump. Dia masuk CIA pada 1985 dan kebanyakan melaku¬kan tugas penyamaran.

Pada usianya yang masih 33 tahun, Haspel bahkan disebut mendapatkan banyak penghargaan. Di antaranya Presidential Rank Award, penghargaan sangat ber¬gengsi untuk pelayanan publik.

Sejumlah anggota DPR AS menyoroti rekam jejak kontro¬versial Haspel. Termasuk soal tugasnya dalam tim interogasi pihak-pihak yang dianggap se¬bagai musuh AS. Haspel disebut ikut andil dalam operasi gelap CIA bernama "Black Site", penjara yang dibuat di Thailand. Diketahui dalam interogasi yang pernah dilakukan, dua orang disiksa dengan sangat brutal.

Namun video-video penyik¬saan yang dikirim ke Senat, di¬laporkan akhirnya dimusnahkan pada 2005. Haspel yang disebut kuat melobi agar barang bukti penyiksaan itu dilenyapkan. Saat pengangkatannya menjadi Wakil Direktur CIA tahun lalu, isu ini kembali mengemuka.

Sejumlah legislator seperti Tammy Duckworth dan Ron Wyden menyatakan, mereka ke¬beratan dengan penunjukan Has¬pel. Hal ini juga didukung oleh sejumlah rekan mereka saat itu. Kini, di bawah kepemimpinan Haspel, CIA akan menghadapi sejumlah tantangan, terutama di Korea Utara. (RMOL)

Keyword:


Editor :
Sammy

riset-JSI
Komentar Anda