kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / Dari Katak hingga Serangga, PBB Sebut Spesies Invasif Meningkat

Dari Katak hingga Serangga, PBB Sebut Spesies Invasif Meningkat

Jum`at, 08 September 2023 22:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Katak tebu telah memperluas habitatnya di seluruh Australia meskipun ada upaya untuk menghentikannya. [Foto: Queensland Department of Environment and Science via AP Photo]


DIALEKSIS.COM | Dunia - Australia telah berjuang selama bertahun-tahun untuk melepaskan diri dari katak tebu yang invasif, tapi tidak berhasil.

Berasal dari Amerika Selatan dan Tengah, hewan ini pertama kali diperkenalkan ke negara bagian Queensland pada tahun 1935 untuk mengendalikan kumbang yang merusak tanaman tebu.

Hewan ini segera melarikan diri ke alam liar dan sekarang, meskipun ada kampanye pemusnahan yang rutin dan terkadang brutal, mereka telah memperluas wilayahnya ke pantai utara dan barat.

Katak tebu adalah salah satu dari lebih 37.000 spesies asing yang diperkenalkan, secara sengaja atau tidak sengaja, oleh manusia ke lingkungan di seluruh dunia, menurut laporan PBB yang dirilis minggu ini.

Dalam penilaian pertamanya sejak tahun 2019, Platform Kebijakan Sains Antarpemerintah PBB tentang Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem (IPBES) mengatakan jumlah spesies asing invasif meningkat pada tingkat yang “belum pernah terjadi sebelumnya”, dan lebih dari 3.500 di antaranya berbahaya.

“Spesies asing yang invasif merupakan ancaman besar bagi keanekaragaman hayati dan dapat menyebabkan kerusakan permanen pada alam, termasuk kepunahan spesies lokal dan global serta mengancam kesejahteraan manusia,” ucap Helen Roy, profesor di Pusat Ekologi dan Hidrologi Inggris dan salah satu peneliti dalam laporan tersebut dalam sebuah pernyataan.

Laporan mencatat bahwa spesies tersebut menyebarkan penyakit seperti demam berdarah, yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti, dan membahayakan persediaan makanan dan mata pencaharian, mengutip penyebaran eceng gondok yang invasif di Danau Victoria di Afrika.

Dikatakan bahwa kerugian ekonomi global akibat spesies asing yang invasif melebihi $423 miliar per tahun pada tahun 2019, dan biayanya setidaknya meningkat empat kali lipat setiap dekade sejak tahun 1970.

“Merupakan kesalahan yang sangat merugikan jika menganggap invasi biologis hanya sebagai masalah orang lain,” kata Anibal Pauchard dari Institut Ekologi dan Keanekaragaman Hayati Chile dan salah satu ketua laporan tersebut. 

“Meskipun spesies tertentu yang menimbulkan kerusakan berbeda-beda di setiap tempat, hal ini merupakan risiko dan tantangan yang mempunyai akar global namun dampaknya sangat lokal, yang dihadapi oleh masyarakat di setiap negara, dari semua latar belakang dan di setiap komunitas, bahkan Antartika pun terkena dampaknya," tambahnya.

Pauchard mencatat bahwa spesies asing yang invasif telah menjadi faktor utama dalam 60 persen kepunahan hewan dan tumbuhan di dunia dan satu-satunya penyebab dari 16 persen kepunahan tersebut. Ia menambahkan bahwa “85% dampak invasi biologis terhadap spesies asli bersifat negatif”.

Laporan tersebut memperingatkan bahwa krisis iklim kemungkinan akan memperparah dampak spesies asing seperti rumput, yang telah menjadi penyebab kebakaran dahsyat yang melanda Hawaii bulan lalu.

Penilaian IPBES dihasilkan oleh 86 ahli dari 49 negara. [Aljazeera]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda