DIALEKSIS.COM | Jakarta - Amerika Serikat (AS) mulai kehilangan posisi dominannya dalam perlombaan global pengembangan kecerdasan buatan (AI). Gelombang kompetisi kini semakin memanas seiring kemunculan perusahaan - perusahaan China, seperti DeepSeek, yang sukses meluncurkan model AI canggih bernama R1.
Kehadiran R1 disebut mengguncang pasar teknologi AS dan mengirimkan sinyal ketatnya persaingan di sektor ini, berdasarkan laporan terbaru Indeks AI dari Institute for Human-Centered AI (HAI) Universitas Stanford.
Beberapa tahun lalu, AS memimpin revolusi AI melalui kehadiran ChatGPT dari OpenAI, diikuti oleh raksasa teknologi seperti Google, Meta, dan xAI. Namun, laporan HAI menyebutkan bahwa perusahaan China kini mulai mengejar ketertinggalan. Model DeepSeek-R1, yang diluncurkan awal 2024, disebut memiliki performa hampir setara dengan model terbaik AS. Bahkan, dalam indeks HAI, R1 berada di peringkat terdekat dengan model unggulan OpenAI dan Google.
“Model-model China sedang mengejar ketertinggalan dalam hal performa. Namun, persaingan kini semakin global dengan munculnya pemain baru dari berbagai wilayah,” ujar Vanessa Parli, Direktur Penelitian HAI, dikutip dari Wired (8/4/2025).
Laporan tersebut mengungkapkan bahwa China tidak hanya meningkatkan kualitas model AI, tetapi juga memimpin dalam jumlah makalah penelitian dan paten terkait AI. Namun, AS masih unggul dalam hal jumlah model AI yang dirilis 40 model berbanding 15 model dari China. Meski demikian, kesenjangan performa antara kedua negara terus menyempit, dengan skor kemampuan AI China kini setara dengan AS.
Selain AS dan China, wilayah lain mulai menunjukkan taringnya. Eropa dilaporkan telah meluncurkan tiga model AI, sementara Timur Tengah, Amerika Latin, dan Asia Tenggara juga mulai berkontribusi. Fenomena ini menandai pergeseran lanskap AI dari dominasi dua negara menjadi lebih multipolar.
Laporan HAI juga menyoroti tren penggunaan model open weight AI yang kode dan bobotnya bisa diunduh serta dimodifikasi gratis. Perusahaan seperti Meta (dengan Llama), DeepSeek, dan Mistral asal Prancis mengadopsi pendekatan ini. Bahkan, ChatGPT disebut akan merilis model sumber terbuka pertengahan 2025.
“Kesenjangan kemampuan antara model terbuka dan tertutup menyusut drastis, dari 8% menjadi hanya 1,7% dalam setahun,” tulis laporan itu. Meski 60,7% model AI masih bersifat tertutup, gerakan open weight dinilai mempercepat inovasi dan demokratisasi teknologi.
Kemunculan China sebagai penantang serius AS membuktikan bahwa inovasi AI tak lagi terkonsentrasi di satu wilayah. Dengan semakin banyaknya negara dan perusahaan yang terlibat, perlombaan AI diprediksi akan semakin panas tak hanya soal teknologi, tetapi juga pengaruh ekonomi dan geopolitik global.