kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / AS Umumkan Koalisi OPG, Negara Arab Enggan Bergabung

AS Umumkan Koalisi OPG, Negara Arab Enggan Bergabung

Rabu, 27 Desember 2023 23:00 WIB

Font: Ukuran: - +

 Amerika Serikat umumkan koalisi angkatan laut bernama Operation Prosperity Guardian. Foto: forces.net


DIALEKSIS.COM | Dunia - Ketika Amerika Serikat (AS) mengumumkan koalisi angkatan laut bernama Operation Prosperity Guardian untuk melindungi kapal komersial yang melakukan perjalanan di Laut Merah awal pekan ini, AS awalnya mengatakan akan ada 10 negara yang ambil bagian. 

Pertanyaan segera muncul tentang mengapa beberapa kekuatan angkatan laut terbesar Arab tidak melakukan hal tersebut. Faktanya hanya sedikit negara Arab yang bergabung dengan Operation Prosperity Guardian. 

Kenapa? Itu tidak lain karena negara Arab memiliki kepentingan nasional dan internasional yang berbeda dengan AS dan koalisinya. Mereka juga tidak ingin membuat konflik di Timur Tengah semakin memburuk dengan Operation Prosperity Guardian. 

6 Alasan Negara Arab Enggan Bergabung dengan Operation Prosperity Guardian

1. Tidak Berani Melawan Houthi yang Didukung Iran

Sejak pertengahan November, kelompok Houthi di Yaman telah menembakkan roket dan mengirimkan drone untuk mengganggu kapal-kapal yang melakukan perjalanan melalui Selat Bab el-Mandeb. Seorang pejabat senior Houthi mengatakan di media sosial bahwa hal ini tidak akan berhenti 

“sampai kejahatan genosida di Gaza dihentikan dan makanan, obat-obatan dan bahan bakar diperbolehkan masuk ke penduduk yang terkepung.” 

“Permusuhan dengan Israel adalah alasan strategis bagi Houthi,” kata Daniel Gerlach, seorang pakar di wilayah tersebut, kepada DW. 

“Itu adalah bagian dari klaim mereka bahwa Israel adalah musuh utama mereka, meskipun sebenarnya tidak ada konflik teritorial langsung dengan Israel. [Tetapi] mereka ingin menunjukkan kepada seluruh dunia Muslim dan Arab bahwa mereka berada di pihak Palestina. ." 

Pada tanggal 19 November, kelompok Houthi, yang telah terlibat dalam perang saudara di dalam negeri sejak tahun 2015 dan sekarang menguasai sebagian besar negara, membajak Galaxy Leader, sebuah kapal kargo yang dimiliki bersama oleh seorang pengusaha Israel. 

Kapal-kapal lain telah diserang dengan drone dan dalam satu kasus, kapal lain bahkan ditumpangi sebentar. Insiden serangan sebagian besar terjadi di Selat Bab el-Mandeb yang menghubungkan Teluk Aden dengan Laut Merah dan lebarnya pada titik tersempitnya adalah 32 kilometer (sekitar 20 mil). 

Hal ini memungkinkan kapal mengakses Terusan Suez, jalur terpendek antara Eropa dan Asia. Akibatnya, beberapa perusahaan pelayaran besar menghentikan operasi yang melewati selat tersebut. [sindonews]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda