kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / 261 Orang Dilaporkan Tewas sejak Kudeta, Myanmar Semakin Mencekam

261 Orang Dilaporkan Tewas sejak Kudeta, Myanmar Semakin Mencekam

Selasa, 23 Maret 2021 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM - Kondisi di Myanmar kian mencekam akibat bentrokan dalam serangkaian demonstrasi yang menewaskan 261 orang sejak kudeta pada 1 Februari lalu.

Bentrokan antara pedemo anti-junta militer dan aparat keamanan masih berlangsung di sejumlah daerah di Myanmar meski kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) terus melaporkan penambahan korban.

Media lokal dan saksi mata melaporkan tiga orang, termasuk bocah laki-laki berusia 15 tahun, tewas di Kota Mandalay selama kerusuhan berlangsung pada Senin (22/3).

Pasukan keamanan juga terus melancarkan penggerebekan di beberapa distrik di Yangon, kota terbesar di Myanmar, pada Senin malam. Penggerebekan itu berlangsung setidaknya di Aung PnLae, AungTharyar, danMya YiNandar, Yangon.

Kantor berita Mizzima melaporkan beberapa orang terluka akibat tembakan aparat selama penggerebekan itu.


Sebagaimana dilansir Reuters, ratusan pengunjuk rasa menggelar aksi menyalakan lilin di distrik Ahlone, Yangon, pada Senin malam untuk mengenang ratusan demonstran yang gugur selama pemberontakan sipil.

Di Hsipaw, negara bagian Shan, nama-nama pengunjuk rasa yang tewas tertulis pada beberapa kartu yang diletakkan di samping lilin.

DVB TV News melaporkan salah satu slogan yang terpampang di atas meja kartu dan lilin itu bertuliskan, "Kami adalah roh yang tidak menginginkan junta militer."

Di penjuru Myanmar lainnya, para pedemo menerbangkan ratusan balon helium berisi pesan yang menyerukan bantuan internasional.

Gelombang pemberontakan sipil terhadap junta-militer terus meluas di Myanmar sejak kudeta berlangsung. Aparat keamanan juga dilaporkan semakin brutal menindak para demonstran.

Junta militer Myanmar berkeras bahwa kudeta merupakan langkah tepat menanggapi hasil pemilihan umum pada November lalu yang dinilai curang.

Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, hingga Uni Eropa, kembali menjatuhkan serangkaian sanksi baru terhadap para jenderal militer, termasuk Panglima Militer Jenderal Min Aung Hlaing yang memimpin kudeta.

Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, menganggap penindasan yang dilakukan militer Myanmar "telah mencapai tingkat yang tak tertahankan."

Hingga kini, junta militer Myanmar masih bergeming meski kecaman dan sanksi internasional terus berdatangan. Namun, juru bicara junta militer dikabarkan akan menggelar jumpa pers pada Selasa (23/3) sore.[CNN Indonesia]

Keyword:


Editor :
M. Agam Khalilullah

riset-JSI
Komentar Anda