Beranda / Liputan Khusus / Diaspora / House of Silence, Bentuk Nilai Toleransi yang Diimplementasikan di Jerman

House of Silence, Bentuk Nilai Toleransi yang Diimplementasikan di Jerman

Minggu, 21 April 2024 18:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : M. Razi Alkhawarizmi

M. Razi Alkhawarizmi, Peserta Study Visit DAAD, Mahasiswa Aqidah dan Filsafat UIN Ar-Raniry. [Foto: dok. pribadi untuk Dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Diaspora - Jerman merupakan salah satu negara di Eropa yang jumlah populasi Muslim bertambah banyak setiap tahunnya. Berdasarkan data Pew Research Center, terdapat 4,8 juta Muslim atau 5,8 persen di Jerman dari total populasi 82,67 juta penduduk. Artinya Muslim merupakan kaum minoritas terbesar di Jerman.

Sebagai minoritas di negara sekuler, seperti Jerman, tentu kehidupan seorang Muslim tidak semudah di negara yang mayoritas Muslim, seperti Indonesia. Saya merasa nyaman disini, yang mana Jerman merupakan negara yang sangat toleran terhadap semua agama, termasuk Muslim.

Bahkan, akses untuk beribadah, seperti masjid dan mendapatkan makanan halal pun tergolong tidak sulit. Tempat beribadah seperti mushalla biasanya disebut dengan "House of Silence" atau dalam bahasa Jerman disebut Haus der Stille, adalah tempat yang menjadi simbol keseimbangan antara kebisingan modernitas dan keheningan tradisional. 

Terletak di pedesaan yang tenang di Bavaria, Jerman, rumah ini menawarkan pengalaman yang unik bagi mereka yang mencari ketenangan dan introspeksi dalam kehidupan sehari-hari yang serba sibuk. Namun untuk masa sekarang Kita bisa menjumpai House of Silence tidak hanya di pedesaan melainkan juga di beberapa tempat lainnya seperti di Universitas.

House of silince tidak hanya disediakan untuk umat Islam saja, melainkan juga untuk umat beragama lainnya, uniknya House of Silence umat Islam akan diposisikan di tengah dan dikelilingi oleh House of Silence umat agama lain. Begitulah nilai toleransi yang diaplikasikan di sini, disaat membahas tentang Islam di kalangan minoritas yang terpenting adalah bagaimana bisa menerapkan nilai-nilai Islam secara kaffah dalam kehidupan sehari-hari.

Tempat beribadah seperti mushalla biasanya disebut dengan "House of Silence" atau dalam bahasa Jerman disebut Haus der Stille. [Foto: dok. pribadi untuk Dialeksis.com]

Nilai-nilai Islam itu bukan hanya sembahyang, melainkan apa hasil yang diimplementasikan setelah sembahyang itu sendiri. Orang-orang di sini mayoritas bukan Islam, tetapi terkadang nilai-nilai keislamannya lebih terlihat.

Dengan berbagai nilai toleransi yang di terapkan di Jerman, dan harus diakui Toleransi beragama di Jerman adalah nilai yang sangat dijunjung tinggi dalam masyarakatnya. Pemerintah Jerman menegaskan kebebasan beragama sebagai hak dasar yang dilindungi oleh konstitusi. Semua individu memiliki hak untuk menjalankan agama mereka tanpa diskriminasi atau intervensi dari pihak lain, baik secara pribadi maupun dalam kegiatan publik.

Selain itu, Jerman juga aktif dalam mempromosikan dialog antaragama dan kerjasama lintas agama. Berbagai organisasi dan inisiatif telah dibentuk untuk memfasilitasi pertemuan dan diskusi antara perwakilan dari berbagai agama, dengan tujuan untuk membangun pemahaman, menghormati perbedaan, dan memperkuat toleransi di antara beragam komunitas agama di Jerman.

Meskipun demikian, tantangan masih ada, terutama terkait dengan meningkatnya isu-isu intoleransi dan ekstremisme di beberapa segmen masyarakat. Namun, pemerintah dan masyarakat sipil terus bekerja sama untuk mengatasi masalah ini dan memperkuat nilai-nilai toleransi, inklusi, dan pluralisme dalam masyarakat Jerman. [*]

Penulis: M. Razi Alkhawarizmi (Peserta Study Visit DAAD, Mahasiswa Aqidah dan Filsafat UIN Ar-Raniry]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda