Ifwan Sahara, Caleg disabilitas pertama di Aceh
Font: Ukuran: - +
Reporter : ampon haris
Dialeksis.com| Siang itu panas terik menyengat Banda Aceh, namun tidak menyurutkan ayunan langkah becak Ifwan Sahara untuk memenuhi undangan wawancara di kantor Dialeksis di Lamdingin.
"Assalamualaikum. Kenalkan saya ifwan sahara, namun panggil saja ipan" sapa pria murah senyum ini kepada dialeksis sembari mengulurkan tangan.
Pria ini tidak pernah melepaskan senyuman sejak perjumpaan pertama dialeksis dengan dirinya. " hidup itu harus selalu disyukiri dengan selalu tersenyum" ucap pria beperawakan kecil yang memang dikenal sebagai pribadi yang mudah akrab dengan siapa saja ini.
Pria Kelahiran Banda Aceh 09 Desember 1976 ini mengaku sudah lama tinggal Aceh Besar, tepatnya di Perumnas Lambheu Kecamatan Darul Imarah "Keluarga saya memang banyak di Takengon dan Sigli. Namun saya sudah dari tahun 76 tinggal di sini."
Bagi yang belum mengenal sosok Ifwan, sekilas orang akan memandang dirinya tidak lebih dari seorang penyandang disabilitas yang sehari mencari sesuap nasi dengan mengayuh becak. Namun siapa sangka ternyata ifwan sendiri adalah salah satu alumni salah satu perguruan tinggi terkemuka di Aceh " saya alumnus Teknik Sipil Universitas Abulyatama Aceh" ujarnya.
Suami dari Seri murni ini ternyata juga memiliki segudang pengalaman kerja sebelum menempuh profesi sekarang. Diantaranya terlibat di berbagai LSM maupun NGO. Antara lain Handicap Internasional , LSM rtk (utk pemberdayaan disabilitas) , dan JPPR ( Jaringan Pemantau Pemilu untuk Rakyat ).
" saat ini saya merupakan Ketua DPD.PPDI ( persatuan penyandang disabilitas indonesia ) Provinsi Aceh serta Ketua Roda Tiga Koetaradja ( kereta roda tiga modifikasi utk penyandang disabilitas )" ujar ifwan sumringah.
Yang lebih mengejutkan, pria yang kemana mana dengan tongkat ini adalah salah satu dari sedikit penyandang disabilitas di Aceh yang memberanikan diri untuk maju kedalam gelanggang kontestasi Pemilu Legislatif tahun 2019. Ifwan yang merupakan caleg disabilitas pertama di Aceh ini, kini tengah berjuang untuk pencalonan dirinya di DPRK Aceh Besar. Tepatnya di dari Dapil 3 kecamatan darul imarah, kec. darul kamal & kec. simpang tiga yang di usung dari Partai Hanura.
"saya sadar akan kondisi saya yang serba keterbatasan. Namun hal itu sedikitpun tidak menyurutkan niat saya untuk membawa aspirasi masyarakat Aceh Besar, khususnya penyandang disabiltas di parlemen" tegas pria yang tidak asing dengan dunia kepemiluan ini. Ifwan dulunya adalah salah seorang anggota Panitia Pemilihan Kecamatan Darul Imarah Pada Pilkada Aceh Tahun 2017.
Dirinya juga mengungkapkan bahwa banyak respon positif terkait pencalonannya di politik
"Banyak pengalaman unik. Misalnya ketika bawa becak umumnya orang mengacungkan jempol kepada saya. Kata orang mantap bos. Terus berjuang! Kami dibelakang anda. " ujarnya sembari tertawa lepas.
Melihat kegigihan dan sosok ifwan yang berjuang menuju parlemen di tengah kondisi dan keterbatasannya, Dialeksis kemudian mewawancari sosok inspiratif ini. Untuk belajar lebih banyak dari seorang ifwan Sahara, caleg disabilitas pertama di Aceh yang berani maju menempuh jalan terjal menuju kursi parlemen di DPRK Aceh Besar.
=================================================================
Apa yang membuat anda tertarik maju sebagai caleg di Pemilu 2019?
Pencalonan saya ini berangkat dari kekecewaan mendalam terhadap Politisi, partai maupun pemerintah yang selama ini kerap mengumbar janji kepada masyarakat, terutama kelompok disabilitas tiap jelang Pemilu.
Berdasarkan kekecewaan tersebut, teman teman disabilitas, khususnya di Aceh Besar, mendesak saya agar maju untuk pencalonan di parlemen lokal. Kalangan disabilitas sudah lelah selama ini sebab kami seolah hanya diperlukan ketika jelang pemilu. Partai berupaya menarik simpati kalangan disabilitas untuk menambah pundi suara. Namun ketika berhasil meraih kekuasaan, akhirnya kami dilupakan kembali. Karena itu kawan kawan disabilitas menilai sudah saatnya saya naik dan berjuang untuk kepentingan kawan kawan disabilitas yang hari ini masih merasa belum terwakili dengan kehadiran politisi di parlemen.
Kami sadar bahwa kami tidak bisa berharap banyak kepada orang lain untuk mewakili kepentingan kami. Kami tidak ingin bergantung harapan lagi kepada mereka yang tidak peduli terhadap masyarakat banyak khususnya kalangan disabilitas.
Apakah masih ada diskriminasi terhadap disabilitas dalam hal pelayanan publik?
Masih banyak sebenarnya. Misalnya bila kita mengajukan proposal untuk dukungan program atau pelatihan bagi disabilitas ke pemerintah. Seharusnya diperhatikan usulan program yang kami usulkan dalam proposal. Ini justru diberikan uang recehan kepada kami. Andai kata diberikan uang satu juta sedikit lumayan untuk modal usaha. Ini enggak. Dua ribu dikasih. Ini kan berarti remeh benar dianggap kami. Dianggap kami tidak lebih baik dari pengemis atau peminta minta. Stigma seperti itu masih melekat rupanya.
Bagaimana ceritanya anda bisa masuk ke jalur politik?
Sebelumnya saya tidak asing lagi dengan politik karena sudah pernah aktif berkampanye menjadi tim sukses salah satu kandidat kepala daerah di Aceh dari partai nasional. Akan tetapi pada akhirnya berbuah kekecawaan karena pada akhirnya partai tersebut justru tidak mendukung pencalonan kaum disabilitas seperti saya untuk maju ke parlemen dalam rangka mewakili aspirasi kawan kawan disabilitas. Padahal sudah mati matian kita branding partai itu sebelumnya.
Alasannya tidak ada kuota untuk orang seperti saya. Kemudian ketika bulan september 2017, ada salah satu tim saya yang kenal dengan kader partai Hanura. Sambutan penerimaannya luar biasa. Mereka malah menyayangkan mengapa orang orang seperti saya di sia siakan. Dari sinilah kemudian saya memantapkan diri untuk mendeklarasikan maju ke parlemen melalui partai Hanura. Sebelumnya sudah ada beberapa partai yang berusaha meminang saya. Namun saya lebih cocok dengan platform partai Hanura. Saya ingin membangun daerah saya sesuai dengan hati nurani saya. Untuk itulah saya juga memilih partai yang benar benar sesuai dengan hati nurani rakyat.
Apa yang akan anda perjuangkan apabila anda terpilih sebagai anggota legislatif di DPRK Aceh Besar?
Saya akan memperjuangkan kepentingan rakyat Aceh besar dan terutama kepentingan kelompok disabilitas di dapil saya. Sebagai catatan. Konstituen disabilitas ini jumlahnya lumayan besar. Untuk tingkat Aceh ada lebih kurang 54 ribu penyandang disabilitas seluruh Aceh. Sedangkan Di Aceh Besar ada 1000 lebih kelompok disabilitas. Khusus di Dapil saya, yaitu Dapil 3 Aceh Besar ada 400 an disabilitas.
Apakah prioritas anda bila terpilih hanya kelompok disabilitas?
Tentu tidak. Apabila seandainya kelak nantinya kami diberi amanah kepercayaan oleh masyarakat Aceh Besar, maka jelas saya harus mewakili kepentingan masyarakat banyak terutama di dapil 3 Aceh Besar. Artinya ketika kita sudah duduk di parlemen, kita bukan milik suatu kelompok saja namun juga milik masyarakat. Namun yang jelas apabila lolos maka pembangunan di Aceh besar harus digenjot. Karena memang sebagaimana kita ketahui pembangunan di Aceh Besar masih lambat. Terutama untuk pembangunan fasilitas publik yang hingga kini dirasakan masih belum akses terhadap penyandang disabilitas.
Insya Allah, kita tidak cet langet (muluk muluk- red) . Saya mengatakan apa adanya kondisi saya. Saya bukan orang kaya yang memiliki kelimpahan harta berlimpah untuk maju sebagai caleg. Saya jelaskan bahwa saya hanyalah seorang tukang becak yang pendapatan sehari hari tidak menentu. Namun saya Insya Allah tulus dan ikhlas untuk maju ke parlemen lokal tidak lain karena terdorong oleh hati nurani saya yang merasa masyarakat belum terwakili secara utuh selama ini. Terutama kelompok disabilitas.
Bagaimana dengan dukungan di lingkungan sekitar anda terkait pencalonan anda sebagai anggota legislatif?
Alhamdulilah. Dukungan nya luar biasa. Saya ceritakan sedikit. Ketika kita melakukan sosialisasi kepada masyarakat di sekitar baik melalui perangkat desa seperti Geuchik, Kepala dusun, Tuha Peut ,maupun masyarakat di sekitar. Respon maupun sambutannya luar biasa. Mereka cenderung mendukung penuh pencalonan kami untuk maju ke parlemen lokal. Sambutan warganet di media sosial juga sangat baik. Rata rata menyambut positif pencalonan saya. Saya sendiri tidak menyangka pencalonan saya ini disambut positif oleh masyarkaat dan diviralkan oleh teman teman di media sosial. Keluarga saya juga sangat mendukung pencalonan saya. Mungkin karena melihat kegigihan saya maka mereka mendorong saya untuk tidak putus semangat.
Bagaimana strategi kampanye agar orang mengenal anda?
Kampanye saya sederhana. Pertama saya cetak spanduk kecil kecilan di becak saya. Kemudian di media sosial. Terakhir saya berdayakan lingkungan sekitar saya. Terkait dengan spanduk, karena memang saat ini pemasukan saya juga semakin berkurang ekses dari adanya transportasi online. Jadi saya berusaha menyicil untuk pengadaan spanduk saya. Saya hanya mengandalkan semangat dan kegigihan. Saya tidak seperti caleg lain yang mungkin punya uang berpeti peti untuk dibagi bagi ke konstituen. Saya murni berjuang untuk masyarakat Aceh Besar dan kelompok disabilitas Aceh Besar.
Apa hambatan ketika memutuskan maju menjadi caleg ?
Hambatan terbesar itu di cost politik. Karena sebagaimana sudah diketahui saya berprofresi sebagai penarik becak. Penghasilan tidak seberapa. Kadang sehari 50 ribu, 40 ribu, 30 ribu, kadang juga 25 ribu. Terlebih kami penarik becak saat ini juga harus bersaing ketat dengan transportasi online yang semakin menjamur. Tapi kita tetap harus optimis dalam mencari rezeki.
Alhamdulilah kawan kawan umumnya memahami kondisi saya yang memang bukan orang kaya dan memiliki kelimpahan harta. Justru yang terjadi sebaliknya. Seharusnya saya caleg yang membayar namun malah orang yang ingin berjumpa dengan saya yang bayar. Kawan kawan mengatakan bukan ingin duit saya dan segala macam. Namun murni menyatakan terinpsirasi karena kegigihan saya untuk mau berjuang di parlemen di tengah segala keterbatasan yang saya miliki. Saya pribadi tidak menutup pintu bila ada donatur yang mau membantu saya dalam agenda perjuangan untuk mewakili kalangan disabilitas di parlemen. Dengan catatan jangan ada udang dibalik batu. Karena saya tidak ingin ada utang politik nantinya. Saya tidak ingin mengkhianati konstituen saya terutama penyandang disabilitas. Bagi masyarakat yang ingin mengkontak saya, dapat menghubungi saya di nomor 081360031680.
Kalau anda tidak terpilih?
Tidak masalah. Saya tetap berjuang sesuai kapasitas yang saya miliki untuk kelompok disabilitas. Kalah menang tidak masalah. Saya akan kembali menjadi penarik becak. Yang penting di sisa usia saya, saya ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama terutama kalangan disabilitas di Aceh.