kip lhok
Beranda / Liputan Khusus / Dialetika / Kisah Drama Pawai Takbir Keliling, Mulai Dilarang Hingga Tetap Berlangsung

Kisah Drama Pawai Takbir Keliling, Mulai Dilarang Hingga Tetap Berlangsung

Minggu, 07 April 2024 09:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Suasana Pawai Takbiran Malam Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriah di area Masjid Raya Baiturrahman tahun lalu "2023". Foto: Humas Pemerintah Aceh


DIALEKSIS.COM | Aceh - Suasana menyambut Idul Fitri di Aceh akan berbeda tahun ini. Dinas Syariat Islam (DSI) Aceh telah mengumumkan bahwa tradisi pawai takbir keliling, yang selama ini menjadi bagian dari kemeriahan malam Idul Fitri, akan ditiadakan.

Keputusan ini diambil sebagai langkah adaptasi terhadap agenda nasional yang akan digelar di Aceh, terutama Pekan Olahraga Nasional (PON) dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Kepala DSI Aceh, Zahrol Fajri, menjelaskan bahwa penggantian pawai takbir keliling akan dilakukan dengan menggelar Festival Takbiran di halaman Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.

"Tahun ini tidak kita adakan pawai takbir, tapi kita gantikan dengan Festival Takbiran di halaman Masjid Raya pada malam Lebaran," ujar Zahrol Fajri di Banda Aceh, Rabu (3/4/2024).

Keputusan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk kondisi jalanan yang sedang dalam tahap perbaikan oleh dinas terkait. "Terowongan-terowongan di jalan sedang diperbaiki itu sangat mengganggu arus lalu lintas," ungkap Zahrol.

Meskipun pawai takbir keliling tidak akan dilaksanakan, Zahrol menekankan bahwa kemeriahan malam Idul Fitri tetap dapat dirasakan oleh masyarakat Aceh. Mereka dapat menyaksikan gema takbiran yang akan diperlombakan di halaman Masjid Raya Baiturrahman.

"Masyarakat silakan nanti datang ke Masjid Raya menyaksikan lomba takbir dari enam utusan peserta dari perwakilan gampong di Aceh Besar dan Banda Aceh, mereka yang menang pada tahun lalu dan akan difinalkan kembali," jelas Zahrol.

Keputusan ini disambut dengan pemahaman oleh masyarakat, mengingat kebutuhan untuk menyesuaikan dengan agenda nasional yang lebih besar. Meskipun tradisi pawai takbir keliling harus ditunda, semangat dan kegembiraan dalam menyambut Idul Fitri tetap terjaga dengan berbagai kegiatan yang diadakan di halaman Masjid Raya Baiturrahman.

Hal senada disampaikan oleh Kepala UPTD Masjid Raya Baiturrahman, Saifan Nur, pada Kamis, 4 April 2024, bahwa pawai keliling menyambut hari raya Idul Fitri 1445 hijriah ditiadakan di Banda Aceh. Namun kegiatan itu diganti dengan festival takbir Ramadan di Masjid Raya Baiturrahman, kota setempat. "Tahun ini pawai ditiadakan. Namun kembali lagi festival takbir Ramadan," ujarnya.

Saifan menambahkan bahwa tujuh gampong akan bertanding dalam festival takbiran tersebut. Yakni, Masjid Ath-Thaahirah Gampong Lamcot, Masjid Al-islahiyah Gampong Lambhuk, Masjid Syuhada Gampong Neuheun, Gampong Meunasah Papeun, Gampong Lamteumen Barat, Meunasah Al-furqan Gampong Mibo, dan Masjid Baitul Kiram Gampong Peuniti.

"Dengan adanya festival ini, syiar Islam tetap berkumandang di pelataran Masjid Raya Baiturrahman pada malam lebaran Idul Fitri," ucapnya.

Saifan menyampaikan bahwa ketujuh gampong yang mengikuti lomba pawai Ramadan 2024 merupakan pemenang-pemenang lomba takbiran pada tahun-tahun sebelumnya. "Ini merupakan perlombaan. Dewan juri menentukan juara satu hingga harapan nantinya," ucapnya.

Terkait kebijakan yang dikeluarkan oleh kepemimpinan Bustami Hamzah selaku Penjabat Gubernur Aceh terkait larangan pawai takbir keliling, menuai protes keras dari berbagai elemen masyarakat Aceh, salah satunya dari Ketua Umum DPP Iskada Aceh, Azwir Nazar. Peniadaan pawai takbir keliling yang biasa dilakukan oleh masyarakat di Ibukota Banda Aceh dinilai tidak relevan, mengingat Banda Aceh sebagai miniatur ibukota pelaksanaan Syariat Islam.

"Sudah seharusnya syiar Islam di Aceh itu tahun demi tahun harus terus tumbuh dan membesar. Jangan ditiadakan. Ini tidak mendasar dan tidak relevan dengan semangat penegakan Syariat di Aceh," sebut Ketua Umum DPP Iskada Aceh, Azwir Nazar kepada Dialeksis.com, pada Sabtu, 6 April 2024.

Menurut Azwir, seharusnya tradisi baik ini menjadi inspirasi bagi Kabupaten/Kota bahkan Kecamatan untuk serentak melaksanakan pawai takbir sebagai syiar Islam di Serambi Mekkah.

"Jadi kalau orang berkunjung ke Aceh, atau mudik lebaran akan merasakan suatu nuansa kesyahduan semarak takbiran," lanjutnya. Ia mengatakan bahwa alasan pemerintah Aceh meniadakan pawai takbir karena akan ada PON dan Pilkada juga tidak tepat. Kita mohon untuk dikoreksi.

"Pawai Takbir ini juga syiar dakwah dan edukasi bagi masyarakat. Antusiasme masyarakat yang ikut memeriahkan malam takbiran harus menjadi spirit baru kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa," ujarnya.

Lebih lanjut, Azwir Nazar atau Tgk Turki ini juga menghimbau pemerintah Aceh untuk terus berkomitmen pada pelaksanaan Syariat Islam di Aceh. Termasuk anggaran untuk pelaksanaan Syiar Islam baik melalui Dinas terkait maupun lembaga Kemasyarakatan harus lebih baik.

"Jangan hanya bilang pro Syariat tapi tindakan tidak sesuai," pungkasnya.

Semakin meluas protes keras itu selain dari Iskada Aceh, ternyata protes lain dikemukan oleh Ketua Pemuda Muslim Indonesia Wilayah Aceh, Yulizar Kasma. Mengatakan peniadaan pawai takbir keliling pada hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah di Banda Aceh adalah tindakan yang tidak bijak. Pemerintah Aceh melarang kegiatan ini demi Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut 2024.

“Kalau mau dikaitkan antara takbir keliling di Banda Aceh dengan PON 2024 dan perbaikan ruas jalan, itu jelas-jelas tidak nyambung. Apalagi pawai itu tidak digelar hingga PON digelar. Itu hanya kegiatan semalam. Tidak akan berdampak apapun terhadap PON,” kata Yulizar, pada Jumat, 5 April 2024.

Yulizar mengatakan pelaksanaan pawai takbiran keliling dapat tetap digelar dengan rekayasa lalu lintas. Jika memang ada perbaikan, maka pemerintah dapat mengarahkan para peserta pawai untuk melintasi jalan-jalan yang tidak diperbaiki.

Aceh, sebagai daerah bersyariat Islam, seharusnya menjadi tempat umat Islam merayakan hari-hari besar, seperti Idul Fitri. Pemerintah, kata dia, seharusnya memfasilitasi kegiatan ini sebaik mungkin alih-alih melarang dengan alasan yang terlalu dibuat-buat.

“Kami berharap pemerintah bisa memutuskan ulang untuk pelaksanaan pawai di jalur yang lain dan tidak mengganggu aktivitas perbaikan jalan,” ujar Yulizar.

Respon lain dikatakan Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Aceh, Sudirman alias Haji Uma, menilai langkah Pemerintah Aceh yang meniadakan tradisi pawai takbiran menyambut Idul Fitri 1445 Hijriah dengan sejumlah alasan tidak bijak. Sebab pawai takbiran telah menjadi tradisi di masyarakat dan bagian dari syiar Islami untuk memeriahkan lebaran.

"Untuk itu Pemerintah Aceh semestinya mencari solusi dan penyesuaian atas kondisi yang ada serta menyediakan perlindungan dan keamanan untuk pelaksanaan," kata Haji Uma.

Menurut Haji Uma, pawai takbiran merupakan tradisi masyarakat yang telah turun temurun dan bagian dari syiar Islami. Mestinya, kata Haji Uma, Pemerintah Aceh mencarikan solusi dan penyesuaian dengan kondisi yang ada, disediakan perlindungan dan keamanan dalam pelaksanaannya. "Bukan sebaliknya meniadakan," ujarnya.

Sementara pelaksanaan festival takbiran yang dilaksanakan sebagai penggantinya di Masjid Raya Baiturrahman, menurut Haji Uma hanya bagian terkecil yang aksesnya hanya bagi masyarakat yang terdekat lokasi. Namun bagi masyarakat yang jauh dari lokasi tidak dapat merasakan gema kemeriahan Idul Fitri dari kegiatan.

Haji Uma juga ikut menyayangkan alasan peniadaan pawai takbiran karena adanya pertimbangan untuk menyukseskan proyek strategis nasional (PSN) yaitu Pekan Olahraga Nasional (PON) dan Pilkada yang akan digelar di Aceh kedepan nantinya.

"Kita menyayangkan PON dan Pilkada menjadi alasan peniadaan pelaksanaan pawai takbiran Idul Fitri. Jangan karena kita ingin mensukseskan proyek strategis nasional, kita malah menghilangkan tradisi yang kita miliki dan jalani secara turun temurun," sebutnya.

Haji Uma mengatakan, korelasi PSN dan pawai takbiran kurang relevan untuk dikaitkan sebagai alasan. Bahkan dengan tradisi semacam ini akan menunjukkan identitas kita sebagai daerah syariat Islam serta berdampak positif bagi Aceh. "Salah satunya sektor pariwisata," ujar Haji Uma.

Desakan dari berbagai elemen masyarakat sipil di Aceh, akhirnya pawai takbir akbar keliling tetap berlangsung hal ini ditegaskan oleh Penjabat (Pj) Gubernur Aceh, Bustami Hamzah, menyampaikan bahwa tradisi pawai takbir akan tetap berlangsung seperti tahun-tahun sebelumnya.

Pemerintah Aceh melalui Dinas Syariat Islam (DSI) akan menggelar kegiatan pawai takbir keliling di sekitar Kota Banda Aceh. Kegiatan ini akan dimulai setelah shalat Isya. Rencananya, rute pawai akan dimulai dari jalan depan Masjid Raya Baiturrahman, kemudian melalui jalan depan Sinbun Sibreh, belok kiri di Simpang Kodim menuju Simpang Surabaya, kemudian ke Simpang Jambo Tape, berlanjut ke Simpang Lima, dan berakhir di jalan Muhammad Jam di samping Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.

Penjabat Gubernur Aceh, melalui Kepala Dinas Syariat Islam Aceh, Zahrol Fajri, menjelaskan bahwa pada malam hari raya, akan diadakan pawai takbir keliling menggunakan mobil hias dan juga dilakukan dengan jalan kaki. Kegiatan ini dijadwalkan berlangsung pada malam hari raya yang diprediksi jatuh pada tanggal 9 April 2024 mendatang.

Inisiatif ini tidak hanya bertujuan untuk menyebarkan semangat Idul Fitri, tetapi juga untuk memperkokoh dan melestarikan nilai-nilai budaya yang telah diwariskan selama ini.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda