Beranda / Liputan Khusus / Dialetika / Catatan Merah Perjalanan Karier Bustami

Catatan Merah Perjalanan Karier Bustami

Selasa, 23 Juli 2024 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Redaksi

Kolase foto Bustami (kiri) dan Mualem (kanan). Bustami Hamzah saat ini banyak dibicarakan. Tapi, bukan soal prestasi kerjanya sebagai Pj Gubernur Aceh. Bustami dibicarakan karena gerak politiknya yang oleh Partai Aceh disebut mengkhianati Mualem. [Foto: Net/Dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Dialektika - Bustami Hamzah saat ini banyak dibicarakan. Tapi, bukan soal prestasi kerjanya sebagai Pj Gubernur Aceh. Bustami dibicarakan karena gerak politiknya yang oleh Partai Aceh disebut mengkhianati Mualem

Pernyataan mengkhianati Mualem itu disampaikan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh, Zulfadli alias Tengku Abang. 

Menurut Tengku Abang, rencana Bustami untuk maju sebagai calon gubernur juga dinilai mengkhianati perjanjian. 

Zulfadli mengatakan saat awal diusulkan, Bustami berjanji untuk memberikan perhatian penuh hanya pada dua hal, yakni pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah 2024 dan penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional Aceh-Sumatera Utara.

Respons itu memantik respon sejumlah kalangan. Murthala melalui halaman facebooknya menulis panjang dengan judul “Jika Benar”. 

Menurut Murthala, jika benar Bustami Hamzah maju sebagai Calon Gubernur Aceh, maka itu dinilai sebagai pengkhinatan yang terang dan terbuka. 

“Semua juga tahu, Pak Bus sedang “bangku panjang” ketika Achmad Marzuki menjadi Pj Gubernur Aceh. Lalu, atas dukungan Mualem, Pak Bus langsung meroket jadi Sekda Aceh,” tulis Murthala. 

Disampaikan juga, pada periode kedua Achmad Marzuki, DPRA tidak mengusulkannya melainkan suara bulat diberikan kepada Bustami Hamzah. “Siapa lagi aktor terdepan jika bukan Mualem. Walau gagal saat itu,” tambahnya. 

“Tak lama kemudian Pak Bus berhasil mendongkel orang yang mengangkatnya yaitu Achmad Marzuki. Jadilah Pak Bus Pj Gubernur Aceh. Tentu tidak kita ragukan peran Mualem disini,” tutup Murthala. 

Dari penelusuran Dialeksis.com, karir kunci Bustami Hamzah terjadi pada saat Nova Iriansyah menjadi Plt Gubernur Aceh. 

Saat itu, Bustami Hamzah diberi kepercayaan menjabat Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Aceh. Saat itu, atas nama Plt Gubernur Aceh, Bustami dilantik oleh Sekda Aceh Darmawan di Gedung Serbaguna Kantor Gubernur Aceh, Rabu (30/1/2019).

Bersama Bustami juga dilantik Suhaimi sebagai sebagai Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Aceh Sekwan DPR Aceh dan Jamaluddin sebagai Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh. 

Salah satu pesan yang disampaikan Plt Gubernur Aceh melalui Sekda Darmawan adalah bahwa pimpinan akan terus mengawasi kerja dan sebagai pertimbangan dalam memutuskan perjalanan karir berikutnya. 

“Pergeseran bisa dilakukan kapan saja sesuai dengan kebutuhan,” tegas Darmawan. 

Dalam perjalanan berikutnya, Nova Iriansyah makin memberi kepercayaan lebih luas. Pada April 2021, Bustami Hamzah diberi kepercayaan menjadi Komisaris Utama Bank Aceh Syariah. 

Sementara Taqwallah sebagai Sekda Aceh hanya diberikan posisi sebagai Komisaris biasa. Ini menunjukkan posisi Bustami lebih penting dibanding posisi Taqwallah di mata Nova Iriansyah. 

Sayangnya, kepercayaan besar yang diberikan oleh Nova Iriansyah itu “tercoreng” gara-gara ribut-ribut anggaran berkode Appendix yang pada saat itu oleh media diduga ada operasi senyap yang melibatkan beberapa orang yang kerap menghabiskan malam bersama. 

Dalam catatan banyak media yang saat itu melakukan investigasi, paska evaluasi Kemendagri terhadap APBA 2021 yang disahkan, ada ketidaksesuaian jumlah yang ditransfer dengan seharusnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan berupa kelebihan nilai anggaran transfer ke kabupaten dan kota.

Ternyata, Tim Anggaran Pemerintah Aceh (TAPA), hanya melibatkan sedikit pihak untuk merumuskannya dan kemudian menyusun sendiri program dan kegiatan-kegiatan dengan kode Appendix yang disingkat dengan AP. 

Menjadi masalah hal tersebut sama sekali tidak di ketahui oleh Gubernur dan Gubernur mengaku tidak menerima laporan lebih lanjut. Dengan kata lain, Nova Iriansyah baru mengetahui hal tersebut belakangan, saat berlangsungnya rapat pimpinan. 

Kisruh appendix di media ini juga mendapat respon keras dari DPRA. Entah karena kasus appendix itu akhirnya Bustami memilih mundur dari jabatan Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Aceh sekaligus dari posisinya sebagai Komisaris Utama Bank Aceh pada Juni 2021. 

Bustami Hamzah yang sudah “dibangku panjangkan” kembali berkibar saat Achmad Marzuki dipilih Presiden RI, Joko Widodo menjabat sebagai Pj Gubernur Aceh.

Pada Juli 2022, dengan alasan untuk memperbaki komunikasi antara eksekutif dengan legislatif, pihak DPRA mengirim surat yang meminta digantinya Taqwallah sebagai Sekda Aceh. 

Beberapa bulan kemudian. Saat itu, belum lagi Taqwallah tiba di Banda Aceh dalam perjalanannya melakukan konsolidasi kerja penanganan stunting, beredar surat pergantian dirinya dan malamnya Taqwallah mendapat undangan untuk menghadiri pelantikan Sekda Baru, Kamis 8 September 2022. 

Achmad Marzuki dalam arahannya usai pelantikan mengatakan, atas nama pimpinan Pemerintah Aceh, dirinya mengucapkan selamat kepada Bustami yang telah mendapat amanah menduduki jabatan Sekda Aceh.

“Saya berharap amanah ini dapat dijalankan dengan baik agar roda Pemerintahan Aceh bergerak cepat, akurat, dan efektif dalam menjawab semua tantangan yang ada,” tutup Achmad Marzuki. 

Taqwallah saat itu terlihat ikut hadir dan ikut mengucapkan selamat kepada rekan kerjanya itu. Sebelumnya, pada pagi hari Taqwallah masih menjalankan tugasnya membagi SK Kenaikan Pangkat dan Pensiunan di halaman Kantor Gubernur Aceh. 

Sejak malam, Dialeksis.com memantau aksi pindah-pindah barang dari kediaman Sekda Aceh. Pagi hari rumah Sekda yang ditempati Taqwallah sudah siap jika ingin ditempati penggantinya. 

Di ujung Barat Pulau Sumatera, ada catatan sejarah perjalanan hidup seorang anak manusia. Kini dia dipercayakan sebagai Pj Gubernur Aceh. Sebuah jabatan menjadi orang nomor satu walau hanya sebagai Pj.

Mungkin tidak puas dengan jabatan hanya sebagai Pj, Bustami membuat trik sejarah ingin menjadi orang nomor satu dalam perhelatan Pilkada 2024. Walau mendapat tudingan sebagai pengkhianat dari kalangan tertentu, namun Bustami tetap Bustami. Sejarah apalagi yang akan menjadi catatan perjalanan hidupnya? [red]

Keyword:


Editor :
Indri

kip
riset-JSI
Komentar Anda