
Jenis-jenis sesar. Foto: commons wikimedia
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Asia Tenggara dikenal sebagai salah satu kawasan paling rawan gempa dunia karena berada di persimpangan beberapa lempeng tektonik besar (Eurasia, Indo-Australia, Pasifik) dan dilintasi banyak patahan aktif. Baru-baru ini, gempa magnitudo 7,7 melanda wilayah Sagaing, Myanmar (28 Maret 2025), menjadi salah satu gempa terkuat di negara itu sejak 1912.
Kejadian ini mengingatkan bahwa sesar aktif retakan di kerak bumi tempat dua blok batu saling bergerak dapat tiba-tiba tergelincir dan melepaskan energi maha besar berupa gempa. Sesar aktif adalah patahan yang diperkirakan masih sering bergerak dan berpotensi menjadi sumber gempa di masa depan.
Oleh karena itu, pemahaman tentang keberadaan dan karakteristik sesar aktif sangat penting untuk menilai risiko gempa di Asia Tenggara. Asia Tenggara rawan gempa juga karena struktur geologinya. Selain zona subduksi yang dalam (seperti Palung Sunda di Indonesia), pulau-pulau di kawasan ini dilalui banyak patahan geser (transform) dan naik (reverse).
Misalnya, Pulau Sumatra dan Pulau Jawa di Indonesia terbentuk di atas busur Sunda yang aktif, sedangkan Filipina terletak di cekungan tektonik kompleks antara lempeng Eurasia dan Lempeng Laut Filipina. Setiap sesar aktif yang tersimpan energi dapat memicu gempa hebat bila longgar, sehingga mitigasi dan peta sesar menjadi kunci mengurangi risiko bencana.
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di Asia Tenggara dilalui oleh banyak sesar aktif penting. Para ahli geologi mencatat beberapa sesar utama berikut beserta contoh gempa besar yang pernah dipicunya:
- Sesar Semangko (Sumatra) patahan geser terpanjang di Indonesia (~1.900 km) membentang dari ujung utara Aceh hingga Lampung. Sesar ini adalah salah satu yang paling aktif secara seismik di Tanah Air, berperan dalam menciptakan Pegunungan Barisan. Pergeseran Sesar Semangko dapat memicu gempa kuat; misalnya sejumlah gempa tektonik di Sumatra (seperti Liwa 1994 M7,0 dan Kerinci 1995 M6,8) berhubungan dengan aktivitas patahan ini.
- Sesar Palu–Koro (Sulawesi) sesar geser aktif di Pulau Sulawesi dengan kecepatan geser sangat tinggi (sekitar 40 - 44 mm/tahun). Sesar ini pernah memicu gempa Palu 2018 (M7,5) yang disertai tsunami lokal, menewaskan ribuan orang. Para peneliti menyebut Sesar Palu - Koro sebagai ancaman serius karena akumulasi energi yang cepat.
- Sesar Lembang (Jawa Barat) patahan aktif di utara Bandung, Jawa Barat. Meski belum pernah memicu gempa besar tercatat, para ahli BRIN dan BMKG menyoroti potensi gempa hingga tingkat intensitas Mercalli VII (sekitar magnitudo 6 - 7) jika sesar ini bergerak. Efek gempa dari Sesar Lembang diduga bisa setara atau bahkan lebih besar dari Gempa Cianjur 2022, sehingga ancamannya serius bagi kawasan Bandung Raya.
- Peta tektonik Filipina memperlihatkan sistem patahan panjang yang membentang hampir di seluruh kepulauan tersebut. Di antaranya, Sesar Filipina (Philippine Fault Zone) adalah patahan geser kiri sepanjang ~1.200 km yang membelah pulau Luzon hingga Mindanao. Patahan ini terbentuk akibat kompresi lempeng Eurasia dan Lempeng Laut Filipina. Gempa dahsyat Gempa Luzon 1990 (M7,7) disebabkan oleh pergerakan Sesar Filipina. Selain itu, meski bukan "sesar" daratan, zona subduksi di lepas pantai barat Luzon (Palung Manila) menjadi sumber potensi megathrust dan tsunami besar. Kedua sumber ini membuat Filipina sering dilanda gempa hebat.
- Sesar Filipina (Philippine Fault Zone) jalur patahan geser kiri sepanjang 1.200 km yang membentang dari utara ke selatan Filipina. Sesar ini pernah memicu Gempa Luzon 16 Juli 1990 (M7,7) dengan panjang ruptur 125 km, menimbulkan kerusakan parah di Luzon.
- Zona Subduksi Manila (Palung Manila) meski berupa zona subduksi samudera di lepas pantai barat Luzon, zona ini menjadi ancaman utama gempa megathrust di Filipina. Potensi gempa dan tsunami besar di Palung Manila menambah risiko bagi kawasan pesisir barat Luzon.
- Sesar Aktif Utama di Myanmar, Myanmar terletak pada perbatasan lempeng Sunda (benua Eurasia) dan Lempeng India-Australia. Patahan geser terbesar di negara ini adalah Sesar Sagaing, yang membentang lebih dari 1.200 km dari utara ke selatan Myanmar. Sesar Sagaing mirip Patahan San Andreas di California, dengan laju pergeseran sekitar 11–18 mm/tahun. Aktivitas Sesar Sagaing menjadi penyebab beberapa gempa besar. Terkini, gempa magnitudo 7,7 pada 28 Maret 2025 di wilayah Sagaing (dekat Mandalay) langsung dikaitkan dengan pergerakan sesar ini. Gempa itu adalah yang terdahsyat sejak lebih dari seabad, menewaskan ribuan orang di Myanmar dan terasa hingga negara tetangga.
- Sesar Sagaing (Myanmar) – patahan geser aktif sepanjang ~1.200 km di Myanmar tengah. Gempa bumi hebat magnitudo 7,7 (28 Maret 2025) diwilayah Sagaing dipicu oleh sesar ini. Pergeseran sesar Sagaing yang cepat menunjukkan dampak dahsyatnya bagi populasi di sekitar dan menyoroti tingginya risiko gempa di Myanmar.
Kumpulan ancaman gempa di Asia Tenggara ini menegaskan betapa pentingnya pemetaan dan penelitian ilmiah sesar aktif. Para pakar gempa menekankan bahwa mengetahui letak jalur sesar dan sejarah pergerakannya sangat vital untuk mengurangi risiko. Dengan peta sesar akurat dan pemodelan geologi, pemerintah dan masyarakat bisa merencanakan zonasi bangunan tahan gempa, sistem peringatan dini, serta prosedur evakuasi lebih efektif.
Peningkatan literasi bencana dan kesiapsiagaan warga juga didorong, misalnya melalui simulasi gempa dan penguatan struktur bangunan. Langkah-langkah mitigasi semacam itu didukung data sesar aktif terbaru akan meminimalkan kerugian ketika gempa bumi tak terhindarkan.
Kesimpulan; Kawasan Asia Tenggara dipenuhi sesar aktif yang setiap saat dapat memicu gempa besar. Oleh karena itu, upaya pemetaan detil sesar aktif dan penelitian seismik harus diprioritaskan demi kesiapsiagaan bencana yang lebih baik. Hanya dengan pemahaman geologi yang mendalam dan mitigasi terencana, ancaman gempa di Asia Tenggara dapat dikelola sehingga melindungi masyarakat dari malapetaka alam yang berpotensi sangat merusak.