kip lhok
Beranda / Data / Kondisi Bencana Alam di Aceh Tiga Tahun Terakhir, Ini Tahun Paling Sering Terjadi Bencana

Kondisi Bencana Alam di Aceh Tiga Tahun Terakhir, Ini Tahun Paling Sering Terjadi Bencana

Sabtu, 15 Oktober 2022 11:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nora
Salah satu bencana banjir yang baru terjadi di Aceh Utara. [Foto: for Dialeksis]

DIALEKSIS.COM | Data - Bencana terjadi di Provinsi Aceh telah menyebabkan banyak korban dan kerusakan dalam beberapa tahun belakangan secara kewilayahan. Sebagaimana diketahui bersama banyaknya bencana yang terjadi di Aceh tidak terlepas dari faktor letak geografis, alam, manusia, dll. Apalagi jika dicermati posisi Aceh pertemuan lempeng tektonik aktif, jalur pegunungan aktif, dan kawasan beriklim tropik, sehingga menjadikan sebagian wilayahnya rawan terhadap bencana alam.

Dari hasil kajian data Lingkar Sindikasi Grup, perubahan iklim yang terjadi saat ini di Aceh beberapa tahun kebelakang menjadi penyebab meningkatnya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan puting beliung selalu rutin setiap tahun. Bahkan disinyalir kuat ada kontribusi manusia mengakibatkan kerusakan lingkungan yang berdampak kepada bencana.

Berdasarkan hasil monitoring Lingkar Sindikasi Grup, saat ini banjir merupakan masalah yang juga menjadi perhatian utama di Aceh dilihat dari beberapa tahun sebelumnya. Masalah ini semakin diperparah karena perubahan iklim global. Curah hujan yang tinggi akan langsung berpengaruh terhadap meluasnya daerah genangan banjir di dataran rendah.

Tidak hanya saat terjadi banjir, tanah longsor, angin puting beliung, namun saat musim kemarau ancaman akan bencana kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan akan semakin meningkat. Ditinjau dari teori diketahui perubahan iklim menyebabkan terjadinya pemanasan global. 

Selanjutnya efek dari pemanasan global akan meningkatkan temperatur permukaan berujung pada dampak menimbulkan kenaikan perbedaan tekanan udara antara satu daerah dengan daerah lainnya. Maka jika kondisi itu terjadi dapat memicu frekuensi terjadinya bencana angin puting beliung.

Disinilah menarik mentelaah dengan membandingkan dari tahun ke tahun kejadian bencana yang terjadi di Aceh. Dari hasil temuan memberikan ulasan mengenai peta informasi fakta kejadian bencana yang terjadi. Fokus tahun yang dijadikan pembanding dimulai dari 2019, 2020, dan 2021. Basis trancking melalui sumber data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Tujuan dalam penulisan kajian untuk memahami peta informasi bencana yang sering terjadi di Aceh di tiga tahun kebelakang (2019,2020, dan 2021). Selain itu ingin diketahui jenis bencana yang terjadi serta sebaran kejadian bencana berdasarkan wilayah.

Dari temuan data terjelaskan, bahwa frekuensi kejadian bencana di Provinsi Aceh lebih banyak terjadi di tahun 2020, sedangkan di tahun 2021 relatif kecil jika dibandingkan tahun 2020. Hal lain dari temuan diketahui jenis bencana yang terjadi di Aceh lebih dominan akibat banjir, puting beliung serta kebakaran hutan dan lahan. Dari sebaran wilayah hampir merata terjadi bencana di Aceh, sehingga bisa disimpulkan semua wilayah berpotensi di provinsi Aceh rawan terkena dampak bencana.

Berikut rincian data bencana yang sering terjadi di tiga tahun kebelakang (2019,2020, dan 2021).

Jenis bencana Provinsi Aceh

Tahun 2021: Banjir 56 kali, Karhutla 38, Puting Beliung 29, Tanah Longsor 6, banjir dan tanah longsor 6. Total 135 kali bencana.

Tahun 2020: Banjir 81 kali, Tanah longsor 19, abrasi 12, puting beliung 98, karhutla 160, gempa bumi 4, banjir dan tanah longsor 6, kekeringan 1. Total 381 kali bencana.

Tahun 2019: Banjir 65, puting beliung 63, abrasi 1, karhutla 43, tanah longsor 8. Total 180 kali bencana.

Pembacaan data bencana Aceh 2019-2021

Tahun 2021, wilayah yang dominan terkena bencana banjir adalah Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Timur, Aceh Barat, Abdya, Gayo Lues dan Aceh Jaya. Keseluruhan wilayah tersebut memiliki intensitas rawan bencana yang umumnya banjir, longsor dan angin kencang/puting beliung. Untuk itu wilayah tersebut memerlukan perlakuan khusus dalam penanganannya, sekaligus tindakan antisipasi terhadap dampak dari bencana di kabupaten/kota yang rutin terkena bencana, khususnya kepada masyarakat dan infrastruktur publik jangan terkena imbas dari bencana.

Selain itu diperlukan peran aktif kabupaten/kota dalam merancang atau mendesain mitigasi maupun tindakan penangana yang terintegral di wilayahnya hingga ke level provinsi. Sehingga kedepannya dampak bencana dapat ditindak lanjuti melalui langkah antisipasi maupun penangananya dengan baik.

Adapun di tahun 2020, sebaran wilayah yang dominan terjadi bencana adalah wilayah Aceh Jaya dan Aceh Utara. Intensitas bencana tinggi yang menyebabkan kerugian materiil bagi masyarakat serta terhambatnya akses infrastruktur.

Sedangkan membaca data di Tahun 2019, wilayah yang memiliki intensitas bencana paling tinggi adalah wilayah Aceh Barat, Aceh Jaya dan Gayo Lues. Namun juga beberapa wilayah lain juga sering terjadi bencana terutama di wilayah barat selatan dan pantai timur.

Oleh karena itu, peran kabupaten/kota perlu dioptimalkan agar mitigasi bencana menjadi skala prioritas. Tentunya langkah antisipasi perlu diikuti oleh keterlibatan semua pihak dengan membagi peran antar stakeholder dalam rangka menjamin langkah kordinasi mitigasi bencana. (nor)

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda