Beranda / Berita / Utang Luar Negeri BUMN Sudah Tembus Rp 800 T

Utang Luar Negeri BUMN Sudah Tembus Rp 800 T

Sabtu, 17 Juli 2021 08:30 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Utang Luar Negeri (ULN) yang ditarik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) semakin bertambah. Per akhir Mei 2021, total ULN BUMN mencapai US$ 59,54 miliar atau sekitar Rp 863,55 trilun.

Rinciannya, ULN BUMN perbankan adalah US$ 9,69 miliar dan lembaga keuangan bukan bank US$ 2,42 miliar. Sementara ULN BUMN non-lembaga keuangan adalah US$ 47,43 miliar

Pada Mei 2020, total ULN BUMN ada di US$ 56,36 miliar atau setara Rp 817,45 triliun. Artinya, dalam setahun (year-on-year/yoy) ULN BUMN bertambah 5,64%.

Laju pertumbuhan utang BUMN lebih cepat ketimbang sektor swasta. Pada Mei 2021, total ULN perusahaan swasta nasional adalah US$ 62,73 miliar atau Rp 909,8 trilun. Secara nominal memang lebih rendah ketimbang ULN BUMN, tetapi pertumbuhannya lebih lambat yaitu hanya 0,85% yoy.

Sementara total ULN perusahaan swasta asing per akhir Mei 2021 adalah US$ 20,71 miliar (Rp 300,4 triliun). Turun 4,61% yoy.

Kemudian ULN perusahaan swasta campuran per akhir Mei 2021 tercatat US$ 65,71 miliar atawa Rp 953,02 triliun. Berkurang 2,52% yoy.

Pandemi virus corona (Coronavirus Disese-2019/Covid-19) tidak membantu dalam upaya penyehatan keuangan BUMN. Dalam keterangan tertulis yang dirilis 8 Juli 2021, lembaga pemeringkat (rating agency) Fitch Ratings memberi wanti-wanti bahwa kenaikan kasus positif corona yang direspons dengan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akan mendatangkan risiko bagi BUMN karya.

"Dengan perpanjangan pengetatan aktivitas masyarakat, pemerintah perlu melakukan relokasi anggaran untuk fokus ke penanganan pandemi. Anggaran untuk infrastruktur bisa menjadi salah satu yang terkena realokasi," sebut keterangan Fitch.

Menurut Fitch, pemulihan kinerja BUMN karya akan sangat tergantung dari proyek-proyek pemerintah. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021, pemerintah menganggarkan Rp 417,4 triliun untuk pembangunan infrastruktur, naik 48% dari tahun lalu. Tanpa dukungan itu, keuangan BUMN karya berisiko mengalami masalah.

"Leverage tinggi, refinancing, dan risiko likuiditas menjadi isu besar bagi BUMN karya, terlihat dari PT Waskita Karya (Persero) yang terus melakukan restrukturisasi utang. Kemampuan perusahaan untuk memperoleh pendanaan untuk mendukung modal kerja dan pembayaran utang menjadi gal yang krusial," tulis keterangan Fitch.[CNBC Indonesia]


Keyword:


Editor :
M. Agam Khalilullah

riset-JSI
Komentar Anda