Beranda / Berita / Utang jumbo Waskita Karya

Utang jumbo Waskita Karya

Rabu, 21 Juli 2021 11:30 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Pemerintah akan mengucurkan dana Rp7,9 triliun kepada PT Waskita Karya pada tahun ini sebagai tambahan modal. Bagaimana kondisi keuangan badan usaha milik negara (BUMN) di bidang konstruksi ini?

Suntikan dana dari kantong pemerintah itu dikucurkan dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN). Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat rapat dengan Badan Anggaran DPR pekan lalu, total tambahan kucuran dana ke BUMN untuk tahun ini mencapai Rp32,9 triliun.

Kucuran dana ini akan diambil dari pos anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional dan saldo anggaran lebih.

Kondisi keuangan Waskita saat ini tampaknya tidak sedang baik-baik. BUMN dengan 30 anak perusahaan tersebut harus menanggung rugi Rp137 miliar pada 31 Maret 2021. Tekanan terhadap pendapatan Waskita, jika melihat dari laporan keuangannya, terutama berasal dari beban keuangan, yaitu bunga bank, dan hal lain terkait dengan utang.

Pada Maret 2021, beban keuangannya mencapai Rp886 miliar. Mengingat laporan keuangan tersebut merupakan hasil konsolidasi dengan anak perusahaan, maka beban tersebut tentu bukan hanya milik PT Waskita Karya, tetapi juga dari entitas anak.

Beban utang Waskita Karya, sehingga kewajiban bunga besar, memang tidak sedikit. Hingga Maret tahun ini, laporan keuangan perusahaan tersebut menyebutkan, total utangnya mencapai Rp68 triliun.

Sebagian besar utang tersebut berasal dari pinjaman bank yang mencapai 77,2 persen dari total utang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Sebagian besar utang bank tersebut berasal dari pinjaman pihak berelasi, yaitu bank-bank BUMN, yang nilainya tercatat hingga Rp31 triliun.

Secara individual, bank yang paling banyak mengucurkan pinjaman ke Waskita Karya adalah BNI, yang hingga Maret 2021 nilai pinjamannya mencapai Rp9,4 triliun. Bank Mandiri juga tidak sedikit, yaitu sekitar Rp4,6 triliun.

Beban berat utang ini berpotensi menjadi mimpi buruk berkepanjangan. Kemampuan kas operasional bersih, yaitu penerimaan dari pelanggan dikurangi pembayaran ke pemasok, terlalu cekak dibandingkan beban bunga yang mesti dibayar.

Apalagi Waskita Karya juga harus membayar pokok utang.[Lokadata]

Keyword:


Editor :
M. Agam Khalilullah

riset-JSI
Komentar Anda