Teror Digital di Rumah Sakit Banda Aceh: Hacker Tuntut Keramahan
Font: Ukuran: - +
Reporter : Arn
Running text LED di hacker. Foto: tangkapan layar Dialeksis
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Running text LED yang terpasang di depan ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh diduga telah diretas pada Kamis, 25 Juli 2024, sekitar pukul 20.00 WIB. Peretas menampilkan pesan yang meminta rumah sakit milik Pemerintah Aceh tersebut untuk meningkatkan keramahan dalam pelayanannya.
Berdasarkan video yang beredar, running text yang terpasang di atas pintu masuk IGD menampilkan pesan berwarna hijau yang menarik perhatian pengunjung. Beberapa orang bahkan terlihat keluar dari ruang IGD untuk menyaksikan fenomena tidak biasa tersebut.
Pesan yang ditampilkan berbunyi: "Selamat datang di rumah sakit jahanam Aceh, kami memantau kerjaan kalian jangan semena-mena menganggap kami ini lemah dan kami memperingati kalian untuk menjaga sosial sesama rakyat, harap lebih ramah sesama manusia jangan seperti binatang."
Di akhir pesan, peretas menambahkan kalimat dalam bahasa Inggris: "We are anonymous we are lagiun, we do not forgive, we do not forget, expect us!"
Atas kejadian itu, Kepala Bidang Humas RSUZA Banda Aceh, Rahmadi, mengonfirmasi bahwa running text yang terhubung dengan WiFi tersebut memang telah diretas. "Untuk saat ini running text tersebut kita nonaktifkan dulu sambil kita usahakan reset password," ujar Rahmadi kepada Detik.com pada Jumat, 26 Juli 2024. Ia menambahkan bahwa pelaku peretasan belum diketahui identitasnya.
Menanggapi insiden tersebut, Muttaqin, S.T., M.Cs, ahli teknologi informasi dan dosen Teknik Komputer Universitas Sains Cut Nyak Dhien, mengatakan bahwa kejadian ini menunjukkan adanya kelemahan serius dalam sistem keamanan teknologi informasi rumah sakit.
"Pihak rumah sakit perlu segera melakukan audit keamanan menyeluruh dan memperkuat sistem pertahanan mereka terhadap serangan siber," ujarnya kepada Dialeksis.com (26/07/2024).
Muttaqin juga menekankan pentingnya pembaruan berkala sistem dan pelatihan staf tentang keamanan siber. "Kesadaran akan ancaman siber dapat membantu mencegah insiden serupa di masa depan," tambahnya.
Meskipun pesan tersebut mengangkat isu penting tentang pelayanan publik, Muttaqin menegaskan bahwa metode penyampaiannya tidak dapat dibenarkan. "Hacking fasilitas publik, terutama rumah sakit, dapat membahayakan keselamatan pasien dan mengganggu operasional penting," katanya.
Insiden ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan data pasien. Muttaqin menyarankan agar rumah sakit memastikan perlindungan data sesuai dengan standar keamanan tertinggi.
Sementara itu, pihak RSUDZA Banda Aceh masih melakukan penyelidikan internal terkait insiden tersebut dan berjanji akan meningkatkan keamanan sistem informasi mereka untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.