Prof. Apridar: Maulid Nabi Momentum Refleksi Peradaban Islam
Font: Ukuran: - +
Reporter : Arn
Rektor Universitas Islam Kebangsaan Indonesia, Prof. Dr. H. Apridar, SE, M.Si. Foto: for Dialeksis.com
DIALEKSIS.COM | Bireun - Rektor Universitas Islam Kebangsaan Indonesia, Prof. Dr. H. Apridar, SE, M.Si, menyerukan agar momentum Maulid Nabi Muhammad SAW dijadikan sebagai sarana refleksi mendalam tentang peradaban Islam. Guru Besar Universitas Syiah Kuala ini menekankan pentingnya menghidupkan kembali nilai-nilai yang dibawa oleh Nabi Muhammad dalam konteks masyarakat modern.
"Kelahiran Rasulullah bukan sekadar peringatan tahunan, tapi ajang introspeksi dan revitalisasi nilai Islam yang universal," ujar Apridar kepada Dialeksis, Senin (16/09/2024).
Menurut Apridar, Nabi Muhammad berhasil membangun peradaban yang lebih Islami, maju, dan inklusif. "Beliau menghapus peradaban jahiliyah yang ortodoks dan bodoh, menciptakan masyarakat yang toleran dan mampu meraih kesuksesan dunia-akhirat," jelasnya.
Beberapa aspek revolusioner dari kepemimpinan Nabi yang digarisbawahi Apridar meliputi transformasi masyarakat jahiliyah menjadi komunitas berperadaban dan penerapan prinsip kesetaraan dan inklusivitas. Selain itu, Nabi Muhammad juga berhasil membangun masyarakat yang toleran dan pluralis, serta mengajarkan keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat.
Apridar, yang pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Malikussaleh selama dua periode, mengajak masyarakat untuk tidak sekadar merayakan Maulid Nabi secara seremonial. "Jadikan ini sebagai katalis perubahan diri dan masyarakat. Menghidupkan kembali semangat peradaban Rasulullah adalah tanggung jawab kita bersama," tegasnya.
Di tengah era globalisasi dan kemajuan teknologi, Apridar menekankan bahwa nilai-nilai yang dibawa Nabi Muhammad tetap relevan.
Ia menyerukan agar umat Islam modern menjadikan ajaran keadilan, toleransi, dan kemajuan sebagai panduan dalam menghadapi tantangan kontemporer.
"Mari kita jadikan momentum Maulid Nabi ini sebagai titik balik untuk membangun peradaban yang lebih baik, sesuai dengan ajaran Rasulullah," pungkas Apridar, menutup wawancara dengan Dialeksis.