kip lhok
Beranda / Berita / PAN Akui Dijegal Amien Rais Dukung Jokowi-Ma'ruf

PAN Akui Dijegal Amien Rais Dukung Jokowi-Ma'ruf

Sabtu, 29 Mei 2021 08:30 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Yogyakarta - Sekjen PAN Eddy Soeparno menyebut PAN sebenarnya ingin bergabung ke koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin saat Pilpres 2019 tapi dijegal Amien Rais. Partai Ummat besutan Amien Rais angkat bicara.

"Kami senang Sekjen PAN membuka posisi politiknya kepada publik. Biar nanti para pendukung PAN di Pemilu 2019 dan Pilpres 2019 kemarin menilai sikap politik pimpinan PAN," kata Wakil Ketua Umum DPP PAN Nazarrudin saat dihubungi detikcom, Jumat (28/5/2021).

Nazar menjelaskan, sikap politik mendukung Prabowo-Sandiaga Uno di Pilpres 2019 bukan hanya sikap Amien Rais. Tapi, sikap tersebut merupakan amanah dari mayoritas konstituen PAN.

"Sikap Pilpres 2019 bukan sikap Pak Amien seorang, tapi sikap mayoritas konstituen PAN dan warga Muhammadiyah. Aspirasi mereka menjadi bagian dari aspirasi politik umat sejak Pilpres 2014 dan Pilkada DKI 2017," kata Nazar.

Ia juga menyinggung pernyataan Edy Soeparno bahwa PAN tidak punya DNA oposisi. Hal tersebut semakin menunjukkan orientasi politik yang haus kekuasaan.

"PAN itu partai yang dahulu menjadi lokomotif reformasi untuk mengembalikan tatanan demokrasi. Demokrasi itu rohnya adalah check and balances," jelasnya.

Ia menegaskan, sebagai partai seharusnya siap dengan risiko. Saat berkoalisi dan menang, bisa berada di pendukung kekuasaan. Tapi, saat kalah harus siap berada di oposisi.

"Kadang kita menjalin koalisi untuk memenangkan kekuasaan. Tapi kita juga harus siap menjadi oposisi ketika kalah dalam pertarungan perebutan suara. Di situlah perbedaan Pak Amien dengan pimpinan PAN saat itu," jelas Nazar.

Loyalis Amien Rais ini menceritakan, saat itu Amien Rais sebagai patron PAN membuat keputusan berani. Mereka siap beroposisi karena kalah dalam Pilpres 2019.

"Kita tidak bisa sejalan dalam platform politik, terutama dalam memperjuangkan aspirasi umat, ya oposisi. Tapi mereka kan maunya terus berkuasa. Orientasinya kekuasaan dan kekuasaan. Sekali lagi, biarlah masyarakat yang menilai," terangnya.

"Kalau dahulu merasa benar dan yakin langkah politiknya sejalan dengan aspirasi konstituen, kenapa takut. Mereka jelas tahu bahwa sikap konstituen sejalan dengan sikap Pak Amien," katanya.

Diberitakan sebelumnya, Sekjen PAN Eddy Soeparno bercerita mengenai arah dukungan PAN saat Pilpres 2019. Eddy menyebut PAN sebenarnya ingin bergabung ke koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin tapi dijegal Amien Rais.

"Kejadiannya hari itu dua hari sebelum PAN mengumumkan pencapresan Prabowo-Sandi sebelum pilpres. Saya bicara dengan Mas Hasto, 'Mas, kita insyaallah akan bergabung dengan koalisi Mas Hasto.' Tetapi, karena waktu itu kita diveto, kemudian kita gabung dengan Prabowo-Sandi," kata Eddy dalam diskusi Para Syndicate, Jumat (28/5).

Eddy mengatakan keputusan memang berada di Ketua Umum Zulkifli Hasan. Namun, pihaknya menghormati Amien Rais, yang kala itu masih berada di PAN.

"Waktu itu memang, meskipun Ketua Umum Zulkifli Hasan, tapi tentu kita mendengarkan tokoh sentral kita, tokoh sentral kita, tokoh senior kita. Pada saat itu, apa pandangan beliau dan kita betul-betul memang pandangannya berbeda dengan pandangan pengurus yang lain," ujarnya.

Padahal, menurut Eddy, PAN tidak pernah memiliki DNA oposisi dari pemerintahan sebelumnya. Eddy lantas mengaku pernah dihujat oleh internal partai.

"Nah saya sampaikan dalam pertemuan itu bahwa PAN tidak memiliki DNA oposisi dan saya terus terang dihujat banyak di kalangan internal kita, 'kok sekjen sangat berani mengatakan PAN tidak punya DNA oposisi?' Memang demikian adanya menurut saya. Kalau partai lain secara terang-terangan dirinya mengatakan partai oposisi, masyarakat percaya," ujarnya.

"Kalau PAN bersuara kita partai oposisi, nanti kita ditanya, 'Yang bener? Kok masih suka bermesra-mesraan dengan pemerintah? Kok masih suka bekerja sama dengan partai koalisi pemerintah,'" ujarnya.

Seperti diketahui, pada Pilpres 2019 hanya ada dua pasangan calon yang berkontestasi, yakni Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dan Jokowi-Ma'ruf Amin. Saat itu, PAN mendukung pasangan Prabowo-Sandiaga.[Detik]


Keyword:


Editor :
M. Agam Khalilullah

riset-JSI
Komentar Anda