Beranda / Berita / Oposisi Israel Sukses Bikin Koalisi Baru Demi Lengserkan Netanyahu

Oposisi Israel Sukses Bikin Koalisi Baru Demi Lengserkan Netanyahu

Kamis, 03 Juni 2021 11:30 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Tel Aiv - Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, menuturkan dirinya sukses dalam membentuk koalisi baru untuk mengakhiri kekuasaan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu. Koalisi itu tinggal menunggu penetapan oleh parlemen Israel, atau yang biasa disebut Knesset, untuk diresmikan menjadi pemerintahan baru Israel.

Seperti dilansir AFP, Kamis (3/6/2021), pengumuman Lapid ini disampaikan pada jam-jam akhir sebelum batas waktu pembentukan pemerintahan baru berakhir pada Rabu (2/6) tengah malam waktu setempat.

Dia melakukan perundingan maraton dengan sejumlah partai politik Israel yang beragam, namun bersatu dalam tekad melengserkan Netanyahu. Jika koalisi itu dikonfirmasi oleh 120 anggota Knesset dalam beberapa hari ke depan, maka akan mengakhiri kekuasaan Netanyahu yang mendominasi politik Israel sejak lama.

"Saya berhasil," ucap Lapid yang seorang mantan penyiar berita televisi ini, dalam pernyataan via Facebook.

"Saya menjanjikan bahwa pemerintahan ini akan bekerja untuk melayani semua warga negara Israel, orang-orang yang memilih mereka dan orang-orang yang tidak memilih mereka," tegasnya.

Jutawan teknologi beraliran nasionalis sayap kanan, Naftali Bennett (49), akan menjabat sebagai PM Israel yang pertama dalam koalisi yang memiliki perjanjian rotasi kepemimpinan ini. Lapid selanjutnya akan mengambil alih jabatan PM Israel setelah dua tahun kemudian.

"Dengan pertolongan Tuhan kita akan melakukan bersama-sama apa yang baik untuk Israel dan kita akan membuat Israel kembali ke jalurnya," ucap Bennett kepada Presiden Reuven Rivlin setelah Lapid memberitahu pembentukan koalisi tersebut.

Oposisi Israel kini memiliki waktu setidaknya sepekan sebelum para anggota parlemen Israel menggelar voting untuk menetapkan pemerintahan baru -- periode di mana Netanyahu dan partainya, Likud, akan berupaya mencegah penetapan itu dengan cara apapun.

Jika nantinya terjadi pembelotan pada menit-menit akhir dalam koalisi yang dibentuk Lapid, maka Israel kemungkinan besar akan menggelar pemilu kembali -- yang akan menjadi pemilu kelima dalam dua tahun terakhir.

Lapid yang memimpin partai sentris sekuler Yesh Atid ini ditugaskan membentuk pemerintahan baru untuk Israel, setelah Netanyahu gagal melakukan hal serupa hingga batas waktu yang ditetapkan berakhir. Lapid berhasil meraup dukungan Bennett yang memimpin Partai Yamina pekan lalu.

Untuk membentuk blok anti-Netanyahu, Lapid harus menandatangani perjanjian individu dengan tujuh partai politik berbeda. Partai yang bersedia berkoalisi dengannya termasuk Partai Harapan Baru yang dipimpin bekas sekutu Netanyahu, Gideon Saar dan Partai Yisrael Beitenu yang dipimpin tokoh nasionalis sekuler Avigdor Lieberman.

Partai lain yang menjadi bagian koalisi ini mencakup Partai Buruh, Partai Meretz, dan Partai Biru-Putih yang menaungi mantan Menteri Pertahanan Benny Gantz yang gagal menantang Netanyahu dalam tiga pemilu terakhir.

Koalisi yang dijuluki 'koalisi perubahan' ini juga menyertakan partai konservatif Arab-Israel, Partai Raam, yang ketuanya, Mansour Abbas, mengumumkan dirinya bergabung koalisi Lapid demi mengamankan pendanaan dan kebijakan yang menguntungkan 20 persen minoritas warga keturunan Palestina di Israel.

"Saya baru saja menandatangani perjanjian dengan Yair Lapid agar dia bisa mengumumkan bahwa dia mampu membentuk pemerintahan setelah mencapai kesepakatan dalam berbagai isu yang memenuhi kepentingan masyarakat Arab," ucap Abbas.[Detik]


Keyword:


Editor :
M. Agam Khalilullah

riset-JSI
Komentar Anda