DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Tidak banyak yang peduli melahirkan generasi muda cinta dunia jurnalistik. Salah satunya keberadaan Muharram Journalism College (MJC) resmi berdiri di Banda Aceh pada 22 November 2008 yang peduli terhadap generasi muda Aceh.
Berlokasi di kantor Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Banda Aceh, MJC merupakan sekolah jurnalistik pertama di Aceh yang lahir pasca-konflik dan tsunami.
Nama “Muharram” disematkan sebagai penghormatan kepada Muharram M. Nur, seorang jurnalis senior Aceh sekaligus mantan Ketua AJI Banda Aceh yang gugur dalam musibah tsunami 2004. Sejak didirikan, MJC konsisten berperan sebagai pusat pembelajaran jurnalistik di Aceh dengan fokus pada jurnalisme berkualitas, etis, dan inovatif.
Sebagai pelopor pendidikan jurnalistik di daerah, MJC berkontribusi nyata melahirkan generasi muda yang melek dunia jurnalistik.
“Kehadiran MJC telah mengisi kekosongan wadah pendidikan wartawan di Aceh,” ujar Adi Warsidi di sapa akrab Adw, jurnalis senior di Aceh yang juga pengajar di MJC, saat ini sebagai Pimpinan Redaksi media Acehkini.
Ia menjelaskan bahwa sebelum MJC berdiri, Aceh belum memiliki institusi formal untuk melatih calon jurnalis. Adi Warsidi menilai MJC ibarat “kawah candradimuka” bagi calon wartawan muda di Aceh tempat mereka ditempa keterampilan teknis, sekaligus ditanamkan nilai independensi dan etika profesi.
Melalui kurikulumnya, MJC tidak hanya mengajarkan teknik menulis berita, wawancara, dan reportase, tetapi juga menekankan tanggung jawab sosial pers dan pentingnya jurnalisme berkualitas di era disrupsi digital.
Dalam perjalanannya sejak 2008 menurut penjelasan Adi Warsidi, MJC telah banyak melahirkan jurnalis-jurnalis profesional yang kini berkiprah di berbagai media, baik lokal maupun nasional. Lulusan MJC tersebar sebagai reporter, editor, fotografer, hingga produser di berbagai platform media.
Beberapa alumni bahkan mengembangkan karier di bidang komunikasi lain, seperti kehumasan, film dokumenter, dan konten kreator digital, menunjukkan luasnya spektrum keahlian yang diperoleh dari pendidikan di MJC.
“Banyak di antara kami yang awalnya tidak punya dasar jurnalistik, menjadi paham dan terampil setelah belajar di MJC,” kata Zulkarnaini Masry, salah satu alumni angkatan pertama.
Zulkarnaini, yang menempuh pendidikan MJC pada 2008, kini berkarier sebagai jurnalis Harian Kompas. Ia merasakan betul manfaat MJC dalam membangun dasar pengetahuannya.
“MJC memberi saya fondasi kuat dari teknik reportase hingga kode etik sebelum terjun ke media arus utama,” ujarnya menceritakan pengalaman pribadinya.
Berbekal ilmu dari bangku MJC, Zulkarnaini memulai karier di media lokal Aceh dan berhasil menembus media nasional ternama. Pengalaman sukses alumni seperti ini menjadi bukti konkret kontribusi MJC dalam mencetak wartawan handal dari daerah.
Hasil dari kepiawaian MJC mendidik Zulkarnaini Masry, sosok pria kecil ini mampu tembus jadi wartawan Kompas media skala nasional. Bahkan saat ini ia berhasil mendirikan media sendiri bernama Bisnisia.id serta platform bisnia lainnya yang dirikan.
Tak hanya Zulkarnaini, banyak alumni MJC lain yang menoreh prestasi di dunia pers. Nazar A. Hadi, misalnya, merupakan lulusan MJC yang kini dikenal sebagai pendiri BITHE.co, sebuah portal berita digital di Aceh.
Langkah Nazar mendirikan media sendiri menunjukkan bahwa MJC bukan hanya mencetak pekerja pers, tetapi juga mendorong lahirnya wirausahawan media lokal.
Adi Warsidi mengungkapkan kebanggaannya melihat para lulusan MJC mampu eksis dan bersaing di industri. Menurutnya, keberhasilan alumni di berbagai lini media menunjukkan efektivitas pola pengajaran di MJC yang mengombinasikan teori dan praktik lapangan.
“MJC memberi ruang belajar yang aplikatif. Mahasiswa tak cuma duduk di kelas, tapi turun langsung membuat liputan dan magang di media,” jelas Adi mengenai metode pembelajaran di sana.
Pendekatan praktis ini membekali siswa dengan pengalaman nyata sebelum benar-benar terjun menjadi jurnalis profesional.
Selain menjalankan kelas reguler, Muharram Journalism College kerap berinovasi dengan program - program khusus untuk menjawab tantangan zaman. Misalnya, setiap bulan Ramadhan MJC menggelar “Pesantren Jurnalistik” sebuah pelatihan intensif yang melibatkan komunitas pemuda lintas daerah.
Pada edisi terbarunya, tema yang diangkat adalah menangkal hoaks melalui jurnalisme kekinian, mencerminkan kepedulian MJC terhadap maraknya misinformasi di era media sosial.
Program seperti ini menunjukkan kontribusi MJC dalam meningkatkan literasi media di kalangan generasi muda sekaligus mengukuhkan perannya sebagai agen perubahan di dunia jurnalistik lokal.
Memasuki usianya yang ke-17 tahun, Muharram Journalism College terus berkomitmen mencetak jurnalis-jurnalis andal dari Aceh. Dukungan AJI Banda Aceh dan jejaring jurnalis profesional membuat MJC mampu bertahan dan beradaptasi dengan perkembangan media. Kurikulum MJC juga senantiasa diperbarui agar relevan dengan tren terbaru, termasuk penulisan multiplatform, optimalisasi media sosial, hingga jurnalisme data.
“Kami ingin lulusan MJC tidak kalah bersaing dan tetap menjunjung profesionalisme di manapun mereka berkarya,” tutur Adi Warsidi mengenai visi ke depan.
Harapan Adi tersebut sejalan dengan cita-cita awal pendirian MJC membumikan jurnalisme berkualitas di Aceh dan melahirkan generasi wartawan yang kritis, independen, serta berintegritas.
Dengan rekam jejak melahirkan banyak talenta pers daerah yang sukses, MJC kini menjadi contoh nyata bagaimana inisiatif lokal dapat memberi kontribusi signifikan bagi dunia jurnalistik Indonesia.