Mahasiswa Diedukasi soal Literasi Keuangan
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengedukasi ribuan mahasiswa di Jambi tentang keuangan. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya meningkatkan pemahaman atau literasi keuangan.
Kepala OJK Provinsi Jambi, Yudha Nugraha Kurata, mengatakan edukasi finansial bertujuan sebagai sarana OJK untuk melakukan diseminasi kebijakan fungsi dan tugas OJK kepada masyarakat.
"Kegiatan ini ditujukan untuk menyediakan sarana edukasi kepada mahasiswa terkait investasi, keuangan syariah dan investasi ilegal," kata Yudha, Jakarta, Rabu (27/9/2023). OJK berkolaborasi dengan perguruan tinggi untuk mendorong lahirnya generasi muda dari kalangan mahasiswa yang memahami produk jasa keuangan dengan baik, serta dapat mengakses produk dan layanan keuangan.
Yudha mengatakan mahasiswa akan mendapatkan pemahaman mengenai produk dan layanan keuangan dari berbagai industri jasa keuangan, seperti perbankan, asuransi, hingga pasar modal.
Dia berharap dari edukasi ini bukan saja meningkatkan pemahaman, tapi minat mahasiswa untuk mulai berinvestasi pada investasi legal atau berizin OJK.
Berdasarkan survei OJK, tingkat literasi keuangan di Provinsi Jambi pada 2022, mencapai 46,49 persen. Sedangkan, tingkat inklusi keuangan masyarakat mencapai 85,19 persen.
Data ini menunjukkan tingkat pemahaman lebih rendah dari akses atau penggunaan produk dan layanan industri jasa keuangan. Secara teori, masyarakat idealnya paham dahulu sebelum menggunakan suatu barang.
"Ternyata kita pakai dulu pahamnya belakangan, sehingga itu yang berakibat perselisihan antara masyarakat dan industri jasa keuangan," ujar dia.
Edukasi finansial seperti ini semakin kerap dilakukan untuk menambah pengetahuan generasi muda tentang produk jasa keuangan.
Sementara itu, Wakil Rektor Unja Bidang Perencanaan, Kerja Sama, dan Sistem Informasi Rayandra Asyhar menerangkan kolaborasi ini sejalan dengan tujuan Unja dalam mencetak alumni yang menciptakan lapangan kerja.
Menurut dia, edukasi finansial menjadi bekal bagi mahasiswanya dalam mewujudkan cita-cita tersebut. Sebab, dalam membuka lapangan pekerjaan diperlukan inovasi dan kreativitas.
"Kami menyadari untuk membina softskill mahasiswa membutuhkan kolaborasi dengan pihak lain, salah satunya OJK dan industri jasa keuangan, " kata dia.