Kemenag Diminta Evaluasi Kepala MIN 55 Bireuen
Font: Ukuran: - +
Reporter : Fajri Bugak
Foto: Ist
DIALEKSIS.COM | Bireuen - Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Bireuen meminta jajaran Kementerian Agama (Kemenag) Bireuen untuk dapat melakukan evaluasi terhadap prilaku (Ulah) yang dilakukan oleh Kepala (Kepsek) MIN 55 Bireuen, Mudassir S.Ag.
"Bagaimana pun seorang pendidik psikologi anak hal utama yang harus diperhatikan. Apa yang dilakukan oleh Kepala MIN 55 Bireuen harus menjadi perhatian serius Kemenag Bireuen,"kata ketua KNPI Bireuen, Muammar Kadafi, Selasa (22/2/2022) kepada Dialeksis.com.
Muammar Kadafi mengatakan apa yang terjadi di MIN 55 Bireuen menjadi perhatian semua kalangan, dimana hal ini seharusnya tidak dilakukan oleh seorang yang sudah berpendidikan tinggi yang masih mengedepankan sikap emosi dalam menyelesaikan semua persoalan.
"Dari berita yang saya baca di media ini sebetulnya persoalan kecil,Namun karena sudah lost control dari Kepala MIN 55 sehingga berakibat fatal bagi Psikologi seorang anak,"ujarnya.
Untuk itu, Organisasi Kepemudaan meminta jajaran Kemenag Bireuen, dapat segera turun kelapangan untuk menyelesaikan persoalan ini. "Bila perlu agar tidak menimbulkan trauma bagi siswa. Kemenag dapat merotasi kepala MIN 55 Bireuen,"demikian ungkap ketua KNPI Bireuen.
Sebagaimana diberitakan Dialeksis.com sebelumnya Akibat tindakan prilaku (Ulah_red) tak baik yang diperlihatkan oleh oknum kepala Sekolah MIN 55 Bireuen Mudassir S.Ag, Seorang siswa sekolah tersebut dikabarkan mengalami trauma Psikologi dan tidak mau sekolah lagi.
Informasi yang diperoleh Dialeksis.com kejadian tersebut terjadi pada hari, Selasa, (15/2/2022) pagi, saat itu Muddasir meluapkan sikap emosi marah-marah kepada salah seorang penjual jajanan sekolah di kantin sekolah tersebut.
Kebetulan saat Mudassir meluapkan sikap emosi dilihat langsung oleh salah seorang siswa disekolah tersebut yang tak lain merupakan anak dari penjual jajanan di kantin sekolah. Karena siswa tersebut masih dibawah umur Akibatnya siswa MIN 55 mengalami trauma tidak mau sekolah lagi. (Fajri Bugak)