Herzaky Sebut Rencana 'Kudeta' Demokrat Melalui Kongres Luar Biasa Salah
Font: Ukuran: - +
Reporter : Alfi Nora
Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra. [Foto: Intagram @pdemokrat]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Kepala Staf Presiden (KSP), Moeldoko, disebut-sebut berupaya mengambil alih tampuk kepemimpinan Partai Demokrat dari tangan Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY.
Terkait hal itu, Kepala Badan Komunikasi Strategis, Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra lantas angkat bicara mengenai itu.
Herzaky menyebutkan, KSP Moeldoko menganggap dirinya dikaitkan dalam gerakan kudeta itu berdasarkan foto-foto belaka. Padahal, lanjut dia, faktanya tidak demikian.
Herzaky menjelaskan, pertemuan antara KSP Moeldoko dan beberapa kader Demokrat tidak dilakukan di rumah melainkan di luar rumah.
Ia berujar, kedatangan kader Demokrat dari daerah ke Jakarta dilakukan secara terstruktur dan sistematis oleh para pelaku gerakan.
"Ada yang mengundang, membiayai tiket pesawat, menjemput di bandara, membiayai penginapan, termasuk konsumsi," kata Herzaky kepada Dialeksis.com, Selasa (2/2/2021).
Jika KSP Moeldoko mengatakan konteks pembicaraannya nggak dimengerti, kata Herzaky, sungguh sulit dipahami.
"Berdasarkan keterangan yang kami miliki, pembahasan utama yang disampaikan oleh pelaku gerakan dalam pertemuan itu adalah rencana mengusung KSP Moeldoko sebagai calon Presiden 2024," katanya.
"Untuk memuluskan rencana itu, para pelaku gerakan mempersiapkan pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat melalui proses Kongres Luar Biasa," tambahnya.
Herzaky mengatakan, proses pengiriman surat Ketua Umum kepada Presiden merupakan buah dari komitmen dan kesepakatan antara kedua belah pihak untuk saling menjaga hubungan baik dan komunikasi yang lancar.
Komitmen ini, lanjut dia, dilakukan untuk menghentikan tindakan orang-orang yang gemar mencatut dan mengatasnamakan Presiden maupun nama Ketua Umum Partai Demokrat dengan tujuan yang tidak baik dan mengadu domba.
"Jadi jangan dibelokkan, kok malah kita dianggap berhadapan dengan Istana," sebut Herzaky.
Herzaky berpesan, supaya KSP Moeldoko fokus bekerja dan membantu rakyat ketimbang membicarakan calon presiden ke depan.
"Dalam situasi pandemi seperti ini, orang-orang yang diberi amanah dan jabatan oleh Pak Presiden harus lah fokus bekerja untuk membantu rakyat. Jangan dulu bicara capres-capresan. Kasihan Presiden. Jangan sampai amanah yang sudah diberikan dibalas air tuba," tuturnya.
Sementara itu, para pelaku gerakan, melalui konferensi pers menyatakan akan menjemput KSP Moeldoko sebagaimana menjemput SBY pada tahun 2004 sebagai calon presiden.
Dari salah satu pelaku gerakan, Yus Sudarso menyatakan, “Apa salahnya kami melakukan ini," ujar Sudarso dalam konferensi pers di Restoran Dapur Sunda, Mall Bellagio Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (2/1/2021).
Mengenai itu, Herzaky mengatakan sangat salah jika upaya pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat dilakukan melalui Kongres Luar Biasa.
"Dulu, hal itu tidak ada. Bapak SBY duduk sebagai Dewan Pembina. Jadi, kalau KSP Moeldoko mau menjadi Capres melalui Partai Demokrat, ya bikin Kartu Tanda Anggota dulu sebagai kader Partai Demokrat," kata Herzaky.
Melalui Herzaky, Partai Demokrat meminta semua pihak yang terlibat untuk kembali fokus membantu rakyat mengatasi pandemi dan krisis ekonomi yang sedang dihadapi.
Ia, juga berterima kasih kepada kader Partai Demokrat di seluruh Indonesia.
"Kepada seluruh kader Partai Demokrat di mana pun berada, terima kasih sudah solid di bawah kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono," pungkasnya.