kip lhok
Beranda / Berita / Harga Emas Diprediksi Jatuh, Ada Apa?

Harga Emas Diprediksi Jatuh, Ada Apa?

Senin, 16 Agustus 2021 10:30 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Harga emas dunia sempat mengalami flash crash atau ambrol tajam dalam hitungan menit, namun beberapa waktu kemudian perlahan mulai naik lagi. Perlu dicatat, bukan berarti masa depan emas otomatis cerah kembali, masih ada analis yang memprediksi logam mulia ini akan kembali ambrol.

Diawal pekan ini, pelaku pasar dikejutkan oleh ambrolnya harga emas dunia hingga nyaris 4,5% dalam tempo kurang dari 15 menit ke US$ 1.864,37/troy ons, melansir data Refinitiv. Emas kemudian berhasil memangkas pelemahan dan mengakhiri perdagangan Senin di US$ 1.684,37/troy ons, melemah 1.9%.

Meski begitu, pada perdagangan Jumat (13/8/2021) pukul 07:22 WIB, harga emas dunia di pasar spot tercatat US$ 1.752,66/troy ons. Naik tipis hampir flat 0,01% dibandingkan hari sebelumnya.

Sejauh ini, harga emas belum kembali seperti semula. Pada 30 Juli-10 Agustus 2021, harga sang logam mulia anjlok 4,91% secara point-to-point. Namun sejak 11 Agustus 2021 hingga hari ini, harga baru naik 1,38%.

Wang Tao, Analis Komoditas Reuters, memperkirakan harga emas masih bisa naik. Per Jumat, investor boleh memasang target di kisaran US$ 1.758-1.785/troy ons.

Akan tetapi, investor juga perlu waspada karena risiko koreksi bukannya tidak ada sama sekali. Wang memperkirakan level support harga emas hari ini berada di rentang US$ 1.743-1.728/troy ons.

"Kalau melihat grafik harian. Harga emas sedang berada dalam tren naik. Namun dalam waktu dekat, kenaikannya mungkin akan terhenti di kisaran US$ 1.765-1.785/troy ons," sebut Wang dalam risetnya.

Sementara titik resistance harga emas diperkirakan ada di US$ 1.748/troy ons. Penembusan di titik ini akan mendongkrak harga menuju US$ 1.768/troy ons.

Namun, Wang memperingatkan kenaikan harga yang terjadi saat ini hanyalah fase konsolidasi. Setelah konsolidasi selesai, investor perlu bersiap karena harga emas bisa merosot. Kemungkinan terburuk, harga mungkin menyentuh US$ 1.520/troy ons.

Tak hanya Wang, Dominic Schnider, kepala investasi di UBS Global Wealth Management juga memprediksi emas bisa jeblok ke US$ 1.600/troy ons bahkan lebih rendah lagi di kuartal I-2021.

Schnider melihat imbal hasil riil (real yield) di AS akan "kurang negatif" yang akan membuat harga emas merosot.

Emas dan obligasi AS (Treasury) sama-sama dianggap sebagai safe haven. Bedanya, Treasury memberikan imbal hasil, sementara emas tidak. Imbal hasil riil Treasury saat ini sudah negatif bahkan cukup dalam, sebab inflasi yang tinggi di AS.

Ketika riil yield negatif dalam, emas akan diuntungkan, tetapi ketika riil yield negatifnya semakin berkurang apalagi sampai positif lagi, emas tentunya akan tertekan.

"Saya pikir anda akan melihat lebih banyak outflow (dari emas). Saya tidak akan terkejut jika pada satu titik 20 juta ons emas meninggalkan pasar ETF dan berjangka. Itu artinya harga emas turun," kata Schnider sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (13/8/2021).

Hal senada diungkapkan Vivek Dhar, analis Komoditas di Commonwealth Bank of Australia juga memprediksi emas masih akan turun lagi dari level saat ini. Dia melihat flash crash yang terjadi di awal pekan ini akibat penguatan dolar dan kenaikan imbal hasil yield Treasury AS.

"Penguatan dolar AS ditambah dengan kenaikan bertahap real yield Treasury tenor 10 tahun mengindikasikan emas bisa lebih rendah lagi," kata Dhar, sebagaimana dilansir CNBC International.

Meski demikian Vivek Dhar memprediksi harga emas akan menyentuh US$ 1.700/troy ons di kuartal I-2021.[CNBC Indonesia]

Keyword:


Editor :
M. Agam Khalilullah

riset-JSI
Komentar Anda