Beranda / Berita / Guru Besar IPB Jelaskan Bahaya Akses Pangan Buruk

Guru Besar IPB Jelaskan Bahaya Akses Pangan Buruk

Rabu, 03 Agustus 2022 20:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Auliana
[Tangkapan layar/Prokpaktani TV - Ditjen TP]

DIALEKSIS.COM | Nasional - Guru Besar IPB University Dosen Fakultas Pertanian, Prof.Dr. Edi Santosa mengatakan, akses pangan yang buruk dapat memicu gizi yang tidak memadai, namun seringkali air sektor pertanian seringkali bersaing dengan air konsumsi manusia.

Tanggapan tersebut dikutip Dialeksis.com pada kanal Youtube Propaktani.TV-Ditjen TP terkait "Antisipasi Kerawanan Pangan di Pulau Jawa" Selasa (2/8/2022).

Ia menyampaikan, kerawanan pangan dan ketahanan pangan adalah sesuatu yang berlawanan. Kerawanan pangan itu adalah food insecurity dan ketahanan pangan adalah food security. 

Lanjutnya, ketahanan pangan itu menurut the world food summit juga sudah menjadi pegangan di berbagai negara dan konsep ini juga sudah masuk di dalam UU Pangan Nomor 18 tahun 2012. 

"Jadi apa yang dimaksud dengan ketahanan pangan adalah ketika semua orang, setiap saat memiliki akses fisik, sosial, dan ekonomi ke makajan yang cukup untuk hidup aktif dan sehat," ucapnya.

Kemudian, ada empat pilar menurut WFS yaitu pilar ketahanan (ketersediaan), akses, pemanfaatan, dan stabilitas.

Kalau di kita biasanya pilarnya ada tiga ketersediaan, stabilisasi dan distribusi. Implikasi dari konsep ini yakni ketahanan pangan ataupun kebalikannya adalah kerawanan pangan itu perlu dilihat dalam konteks individu, rumah tangga, nasional, regional, dan global.

"Ketika kita membahas masalah ketahanan pangan atau kerawangan pangan di Pulau Jawa, kita bisa membahasnya dalam konteks rumah tangga, individu maupun kepulauan," jelasnya lagi.

Ia juga menambahkan, kaitan dengan pangan adalah pangan dan nutrisi. Kalau pangan sesuatu yang kita makan tetapi nutrisi sesuatu yang dibutuhkan oleh tubuh untuk hidup yang sehat.

Jika akses pangan buruk, dapat menyebabkan keragaman makanan yang tidak memadai dan konsumsi zat gizi mikro yang tidak mencukupi. 

"Kekurangan gizi mengurangi kapasitas belajar seseorang apalagi anak, dapat membatasi kemampuannya untuk masa depan," tambahnya.

Katanya, dalam ekonomi subsistem, pertanian adalah sumber mata pencaharian yang dominan sementara peran sektor sebagai penyedia lapangan kerja dan pendapatan menjadi penting dalam meningkatnya diversifikasi ekonomi.

Pertumbuhan pertanian seringkali berpihak pada kaum miskin dan biasanya memiliki rfek keterkaitan yang kuat dalam mendorong pertumbuhan secara keseluruhan yang berkontribusi pada harga pangan yang lebih rendah. Khususnya juga di daerah kering, sektor pertanian mau tidak mau berhubungan dengan sektor air. 

"Sementara penggunaan air pertanian seringkali bersaing dengan kebutuhan air untuk konsumsi manusia dan industri," pungkasnya. [AR]

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda