Beranda / Berita / Google-Apple Kalah Telak dari Bitcoin

Google-Apple Kalah Telak dari Bitcoin

Selasa, 20 April 2021 16:30 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Bitcoin belum mampu bangkit setelah mengalami crash pada hari Minggu lalu. Crash yang dialami bitcoin terjadi setelah mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di tertinggi US$ 64.899,97/BCT pada Rabu (14/4/2021) lalu.

Pada hari Minggu, harga bitcoin menyentuh level US$ 51.431,1/BTC. Artinya, sejak menyentuh rekor tertinggi hingga ke level terendah pagi ini, harga bitcoin anjlok 20,75%. Sempat rebound awal pekan kemarin, pada hari ini, Selasa (20/4/2021) bitcoin kembali turun 3,84% ke US$ 54.050,1/BTC pada pukul 13:46 WIB.

Bitcoin menjadi fenomena baru di dunia investasi, setelah mengalami kenaikan tajam sejak pekan lalu, dan terus menerus mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Sepanjang tahun lalu, bitcoin mencatat kenaikan lebih dari 300%, sementara sepanjang tahun ini juga sempat menguat lebih dari 100%.

Dengan kenaikan tajam tersebut kapitalisasi pasar bitcoin kini menembus US$ 1 triliun untuk pertama kalinya pada 19 Februari lalu.

Dalam hal urusan mencapai US$ 1 triliun, bitcoin jauh lebih unggul ketimbang perusahaan-perusahaan raksasa di Wall Street.

Sejak awal kemunculannya, bitcoin mencapai kapitalisasi pasar US$ 1 triliun dalam kurun waktu 12 tahun. Yang patut di catat, di awal tahun ini kapitalisasi pasar bitcoin berada di kisaran US$ 500 miliar, hanya dalam tempo 2 bulan sudah naik dua kali lipat.

Dibandingkan perusahaan di atas US$ 1 triliun, capaian bitcoin tersebut jauh lebih cepat. Google dengan kode saham (GOOG) mampu mencapai kapitalisasi pasar US$ 1 triliun dalam tempo 21 tahun. Artinya bitcoin 1,75 kali lebih cepat ketimbang Google.

Kemudian Amazon (AMZN) mencapai US$ 1 triliun dalam waktu 24 tahun, Apple (AAPL) bahkan jauh lebih lama yakni 42 tahun, atau 3,5 kali lebih lama ketimbang bitcoin.

Microsoft (MSFT) menjadi perusahaan yang paling lama mencapai US$ 1 triliun, yakni 44 tahun, atau 3,6 kali lebih lama ketimbang bitcoin.

Kapitalisasi pasar bitcoin sebelumnya sempat mencapai US$ 1,2 triliun, tetapi setelah crash mengalami penurunan menjadi US$ 1,01 triliun hari ini.

Sementara itu kapitalisasi pasar Apple saat ini mencapai US$ 2,27 triliun, Microsoft US$ 1,95 triliun, Amazon US$ 1,7 triliun, dan Google US$ 1,55 triliun.

Saat ini, kapitalisasi pasar Apple lebih besar 2 kali lipat ketimbang bitcoin. Tetapi, jika melihat prediksi "gila" harga bitcoin di tahun ini, Apple tentunya akan kalah jauh.

Kabar bitcoin akan diregulasi oleh pemerintah di berbagai negara membuat harganya crash belakangan ini.

penggunaan seperti Bitcoin CS untuk membeli barang dan jasa. Kebijakan ini mulai berlaku pada 30 April 2021. Alasan pelarangan aset kripto karena Bank Sentral Turki menemukan risiko yang signifikan bagi pihak-pihak yang bertransaksi.

Saat aturan ini diterapkan lembaga keuangan tidak akan bisa memfasilitasi platform yang menawarkan jual-beli aset kripto, kustodi, transfer hingga penerbitan cryptocurrency.

Tidak hanya Turki, negara lain juga kemungkinan besar akan segera menyusul.

Pejabat eksekutif di World Economic Forum (WEF) memperingatkan pasar kripto akan terpukul oleh serangkaian regulasi yang "dramatis".

"Kita akan melihat serangkaian upaya yang dramatis untuk meregulasi mata uang kripto" kata Sheila Warren, anggota komite eksekutif yang juga kepala data, blockchain dan aset digital WEF, sebagaimana dikutip Forbes, Kamis (15/4/2021).

Meski demikian, Warren melihat harga bitcoin CS masih akan terus menanjak ke depannya.

"Beberapa orang melihat saat ini adalah puncak (kenaikan harga bitcoin CS). Saya pikir itu salah," tambahnya.

Bloomberg dalam "Crypto Outlook" edisi April memberikan proyeksi harga paling tinggi dibandingkan yang lainnya hingga saat ini. Bloomberg memprediksi harga bitcoin akan mencapai US$ 400.000/BTC atau Rp 5,8 miliar per koin (kurs Rp 14.600/US$) di akhir tahun ini.

Dengan prediksi tersebut, kapitalisasi pasar bitcoin tentunya akan naik 8 kali lipat dari saat ini.

Melansir Nasdaq proyeksi dari Bloomberg tersebut berdasarkan perhitungan sejarah pergerakan bitcoin, yang dianalisis dengan beberapa faktor seperti likuiditas, volatilitas, serta jumlah bitcoin yang ditambang.

Analis dari Bloomberg juga mengatakan jumlah pelaku pasar yang ingin menjual bitcoin saat ini lebih rendah dari biasanya, banyak yang lebih memilih menyimpannya dalam waktu yang lama.

Maklum saja, penerimaan bitcoin kini semakin meluas. Semakin banyak investor institusional yang memasukkan bitcoin dalam porfolionya, kemudian investasi yang dilakukan perusahaan-perusahaan besar semacam Tesla hingga Visa, serta bank investasi raksasa yang memberikan layanan Wealth Management mata uang kripto. Hal tersebut tentunya membuat investor ritel semakin nyaman mempertahankan kepemilikan bitcoinnya.[CNBC Indonesia]

Keyword:


Editor :
M. Agam Khalilullah

riset-JSI
Komentar Anda