Erick Thohir: Pengembangan Ekonomi Syariah Masih Banyak Hadapi Tantangan
Font: Ukuran: - +
Ketua Umum Pengurus Pusat Masyarakat Ekonomi Syariah (PP MES) dan Juga Menteri BUMN Erick Thohir
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Ketua Umum Pengurus Pusat Masyarakat Ekonomi Syariah (PP MES) Erick Thohir menyampaikan peluang dan tantangan ekonomi syariah nasional yang masih harus dihadapi. Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, yaitu sekitar 229 juta jiwa atau 87,2 persen dari total penduduk.
Hal ini menjadikan Indonesia pasar potensial bagi produk ekonomi syariah. Berdasarkan data OJK, total aset industri keuangan syariah Indonesia pada akhir 2022 mencapai lebih dari Rp2.813 triliun tumbuh 13,4 persen dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan kinerja perbankan syariah, asuransi syariah, dan pasar modal syariah.
Indonesia juga memiliki potensi besar di sektor industri halal. State of the Global Islamic Economy Report menempatkan Indonesia di peringkat ke-4 sebagai negara dengan ekonomi halal terbesar di dunia.
"Potensi ini dapat menjadi peluang bagi pengembangan ekonomi syariah Indonesia," kata Erick yang juga merupakan Menteri BUMN, dalam Musyawarah Nasional VI MES 2023, Minggu (1/10/2023).
Namun meski memiliki peluang besar, pengembangan ekonomi syariah Indonesia juga menghadapi beberapa tantangan, antara lain market share industri jasa keuangan syariah relatif masih rendah yaitu tercatat di angka 10,6 persen.
"Wapres pernah menargetkan di angka 16 persen kala itu. Artinya masih banyak masyarakat kita yang belum menggunakan produk dan jasa keuangan syariah," kata Erick.
Tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah masih rendah, yaitu tercatat 9,4 persen dan 12,2 persen. Angka ini jauh tertinggal dibandingkan indeks literasi dan inklusi keuangan nasional yang sebesar 49,68 persen dan 85 persen.
Diversifikasi model bisnis produk syariah diakui masih terbatas. Inovasi dan kreativitas pelaku industri syariah masih sangat dibutuhkan untuk menciptakan model bisnis produk syariah, yang tentu tepat dan mengikuti zaman.
Tingkat adaptasi dan adopsi teknologi yang belum memadai di era ini, industri halal dan sektor keuangan syariah dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi yang semakin cepat.
Pemenuhan sumber daya manusia juga belum memadai. Padahal sumber daya manusia dengan kepakaran di bidang ekonomi dan keuangan syariah diperlukan, agar industri halal dan sektor keuangan syariah bisa terus berkembang optimal.
"Untuk itu diperlukan kerja sama dan berbagai pihak. Di sinilah peran besar Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), yang diharapkan dapat berkontribusi optimal dalam mengembangkan ekonomi syariah, demi kemaslahatan umat," kata Erick.
Kemudian, kontribusi masyarakat ekonomi syariah dalam pengembangan ekonomi syariah mengacu pada Garis Besar Kebijakan Organisasi (GBKO) MES, serta arahan ketua dewan pembina saat itu. Visi yang dicapai adalah ekonomi dan keuangan syariah yang berkontribusi signifikan dalam ekosistem perekonomian nasional.
Visi tersebut kemudian diturunkan ke dalam tiga misi utama, dimana pada periode kepengurusan 2021 visi MES adalah mendukung Indonesia menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia.
Sejalan pengurus pusat MES telah menetapkan empat arah kebijakan pengembangan ekonomi syariah masyarakat, yaitu pengembangan pasar industri halal di dalam dan di luar negeri, pengembangan industri keuangan syariah nasional, investasi bersahabat yang melibatkan pengusaha di daerah, pengembangan ekonomi syariah dari pedesaan dan pondok pesantren secara berkelanjutan.
"Kami menyadari betul di tengah situasi yang sulit serba terbatas pasca covid-19, dampak dari program-program MES mungkin belum sepenuhnya terasa optimal di masyarakat. Kami terus berupaya agar kehadiran semakin dirasakan manfaatnya dan dapat memenuhi harapan untuk menjadi motor penggerak pengembang usaha yang sesuai dengan prinsip syariah," kata Erick.