kip lhok
Beranda / Berita / Diprediksi 2050 Terjadi Kekeringan, 500 Juta Petani Kena Imbas

Diprediksi 2050 Terjadi Kekeringan, 500 Juta Petani Kena Imbas

Senin, 20 Mei 2024 15:30 WIB

Font: Ukuran: - +

ilustrasi. Foto: net

DIALEKSIS.COM | Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti bahwa tantangan air ke depan makin kompleks, sebab pada 2050 sebanyak 500 juta petani kecil sebagai penyumbang 80% pangan dunia diprediksi paling rentan mengalami kekeringan. 

Hal ini dia sampaikan saat resmi membuka Konferensi Tingkat Tinggi World Water Forum (WWF) Ke-10 di Bali, pada hari ini, Senin (20/5/2024). 

"Bahkan di tahun 2050, 500 juta petani kecil sebagai penyumbang 80% pangan dunia diprediksi paling rentan mengalami kekeringan," ujarnya dikutip melalui laman Youtube Sekretariat Presiden RI. 

 Orang nomor satu di Indonesia itu menekankan agar seluruh dunia dapat meneguhkan komitmen bersama dan merumuskan aksi nyata pengelolaan air yang inklusif dan berkelanjutan.

“Bisa dibayangkan dari 72% permukaan bumi yang tertutup air, tetapi hanya 1% yang bisa diakses dan digunakan sebagai air minum dan keperluan sanitasi,” imbuhnya. 

 Lebih lanjut, Kepala Negara turut menegaskan bahwa peran air begitu krusial tak hanya dikalangan petani, tetapi kehidupan secara keseluruhan sehingga perlu dikelola dengan baik.

“Tanpa air tidak ada makanan, tidak ada perdamaian, tidak ada kehidupan, no water, no life no growth. Oleh sebab itu air harus dikelola dengan baik karena setiap tetesnya sangat berharga,” tuturnya. 

Presiden Ke-7 RI itu pun melanjutkan bahwa Indonesia merupakan wilayah dengan luas perairan yang mencapai 65%, sehingga memiliki kekayaan kearifan lokal dalam pengelolaan air. 

 Jokowi menjabarkan bahwa Negara memiliki kearifan lokal dalam pengelolaan air dapat ditemui sepanjang garis pantai, pinggiran aliran sungai, hingga tepian danau. 

Misalnya, kata Jokowi, masyarakat Indonesia memiliki nilai dan budaya terhadap air salah satunya sistem pengairan Subak di Bali yang dipraktikkan sejak abad ke-11 dan telah diakui sebagai warisan budaya dunia. 

Presiden pun mengamini alasan memilih Bali sebagai lokasi penyelenggaraan KTT WWF Ke-10 lantaran bagi masyarakat Bali air adalah kemuliaan yang mengandung nilai-nilai spiritual dan budaya yang harus dikelola bersama-sama. 

Menurutnya, terdapat tiga makna yang dapat diterapkan oleh setiap Negara melalui tiga prinsip dasar dari nilai spiritual Bali terhadap air, yaitu menghindari persaingan, mengedepankan pemerataan dan kerja sama inklusi serta menyokong perdamaian dan kemakmuran bersama melalui kolaborasi.

“Di Indonesia kolaborasi telah menjadi kunci keberhasilan dalam restorasi sungai Citarum serta pengembangan energi hijau, solar panel terapung di waduk Cirata yang menjadi terbesar di Asia Tenggara dan ke-3 di dunia,” pungkas Jokowi. [Bisnis.com]

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda